Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Di masa revolusi kemerdekaan, perjuangan Rahmah El Yunusiyyah tidak hanya di bidang pendidikan. Beliau turut serta berjuang secara aktif dengan menjadi Bundo Kanduang dalam barisan Sabilillah dan Hizbullah. Perguruan Diniyyah Puteri yang ia pimpin juga berfungsi sebagai basis logistik dan pusat dukungan bagi para pejuang kemerdekaan. Sikap nasionalismenya juga tercermin dari penolakannya terhadap bantuan dana dari pemerintah Hindia Belanda demi menjaga kemandirian lembaga pendidikannya.
Penghargaan dan Pengakuan Internasional
Kontribusi Rahmah El Yunusiyyah diakui hingga tingkat internasional. Pada tahun 1955, beliau menerima kunjungan dari Rektor Universitas Al-Azhar, Dr. Syekh Abdurrahman Taj. Atas kiprahnya, Rahmah kemudian diundang ke Mesir dan dianugerahi gelar kehormatan Syaikhah. Ia tercatat sebagai ulama perempuan pertama yang menerima penghargaan tersebut dari Al-Azhar, yang kemudian menginspirasi berdirinya fakultas khusus perempuan di universitas ternama itu.
Warisan dan Penghargaan sebagai Pahlawan Nasional
Rahmah El Yunusiyyah wafat pada Februari 1969 di Padang Panjang. Warisan perjuangannya terus hidup melalui Perguruan Diniyyah Puteri yang kini telah berkembang menjadi lembaga pendidikan komprehensif. Rumahnya diabadikan sebagai Museum Rahmah El Yunusiyyah. Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini merupakan bentuk penghormatan tertinggi negara atas dedikasi seumur hidupnya dalam membangun pendidikan yang inklusif dan memberdayakan.
Artikel Terkait
Kebakaran Rumah Hakim PN Medan: 39 Saksi Diperiksa, Ini Kata Polisi
Upacara Tabur Bunga TNI AL di KRI Brawijaya Peringati Hari Pahlawan 2025
Bobibos: Bahan Bakar Nabati RON 98 dari Jonggol, Setara Pertamax Turbo Cuma Rp 4 Ribuan
Bobibos Ekspansi SPBU Nasional, ESDM Ingatkan Sertifikasi BBM Wajib