Ia berpendapat bahwa partai-partai nasionalis maupun partai berbasis agama saat ini lebih fokus pada pragmatisme politik. Hal ini menyebabkan mereka melupakan perjuangan ideologis untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan.
Perjuangan melawan ketimpangan ekonomi, utang luar negeri, dan ketergantungan pada industri impor memerlukan keberanian ideologis untuk menantang sistem kapitalisme global yang menindas.
Beathor menyerukan kebangkitan kesadaran kiri di Indonesia. Kebangkitan ini bukan dalam bentuk ideologi yang sempit, melainkan sebagai gerakan moral dan sosial yang membela rakyat miskin, petani, buruh, nelayan, serta kelompok masyarakat tertindas lainnya.
"Kaum kiri bukan berarti ateis atau anti-agama, tapi berpihak pada keadilan sosial. Nilai-nilai itu justru sejalan dengan ajaran agama dan Pancasila," paparnya.
Ia menekankan pentingnya rekonsiliasi ideologis nasional melalui dialog besar yang menyatukan kekuatan Islam, nasionalis, dan kiri progresif. Tujuannya adalah menghadapi ancaman bersama berupa kapitalisme dan penjajahan gaya baru.
"Kalau dulu kita melawan Belanda dan Jepang, sekarang kita melawan korporasi global dan elit politik yang menggadaikan kedaulatan bangsa," tandas Beathor.
Pernyataan ini disampaikan di tengah meningkatnya kesadaran publik terhadap isu kedaulatan ekonomi. Masyarakat semakin kritis menyikapi kasus-kasus penguasaan sumber daya alam oleh asing serta melebarnya ketimpangan sosial.
"Negara ini tidak dijajah dengan senjata, tapi dengan utang, investasi, dan kebijakan ekonomi yang dikendalikan dari luar negeri. Kaum kiri harus kembali hadir, agar bangsa ini punya keberanian menolak bentuk penjajahan baru itu," pungkas Beathor.
Ia menegaskan bahwa perjuangan melawan ketidakadilan adalah tugas seluruh anak bangsa, tanpa perlu takut dengan cap kiri atau kanan. "Yang penting adalah berpihak kepada rakyat, bukan kepada pemilik modal," tutupnya.
Artikel Terkait
Bentrokan ISWAP vs Boko Haram Tewaskan 200 Milisi di Nigeria
KPK Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Suap Dana PEN Situbondo Rp 4,21 Miliar
Polrestabes Makassar Ungkap Kasus Penculikan Bilqis (4) yang Dijual hingga Jambi
Mengenal George Orwell, Multatuli, dan Pramoedya: Sastrawan Penjaga Hati Nurani Rakyat