Ia mengingatkan peristiwa reformasi 1998 ketika Cak Nur menyampaikan langsung tuntutan mahasiswa kepada Soeharto untuk turun dari jabatannya. Menurut Usman, menyamakan Soeharto dengan Gus Dur sebagai pahlawan merupakan langkah yang menyesatkan moral publik.
Krisis Kompas Moral Bangsa Indonesia
Usman menyatakan kekhawatirannya bahwa Indonesia semakin kehilangan kompas moral. Batas antara benar dan salah, etis dan tidak etis, serta pahlawan dan pengkhianat semakin kabur.
Ia juga mengungkapkan keresahan generasi muda, khususnya Gen Z, yang kesulitan menemukan figur teladan dalam kehidupan sosial-politik. Akibatnya, mereka beralih kepada karakter fiksi seperti pahlawan dalam One Piece yang berani melawan ketidakadilan.
Usman menegaskan bahwa bangsa ini membutuhkan kejelasan moral dalam menilai sejarah dan kepahlawanan. Penetapan pahlawan harus didasarkan pada kontribusi nyata bagi bangsa tanpa mengaburkan fakta sejarah yang terjadi.
Artikel Terkait
Kejagung Serahkan Rp 6,6 Triliun ke Kas Negara, Begini Cara Mengamankan Uang Sebanyak Itu
Malam Khidmat di Katedral, Ribuan Umat Padati Misa Natal
DDII Jabar Tegaskan Sikap: Imbau Umat Islam Hindari Ucapan dan Atribut Natal
Setahun Memimpin, Prabowo Tegaskan Kunci Pemerintahan Efektif Ada di Meritokrasi