"Wayang zaman dulu kebanyakan bahannya dari kulit kerbau dan memakai cat khusus yang sudah tidak diproduksi lagi. Sedangkan wayang yang baru memakai cat sintetis," terang Danar. Mayoritas koleksinya dibuat sebelum tahun 1990, dengan hanya satu dua wayang dari awal tahun 2000-an.
Awal Mula Ketertarikan dan Perburuan Wayang Jawa Timuran
Ketertarikan Danar pada wayang bermula pada 2019, saat menghadiri pameran wayang di Taman Budaya Cak Durasim, Surabaya. Seorang dalang muda memberinya saran untuk membeli wayang yang bagus jika memungkinkan. Sejak saat itulah ia mulai berburu wayang-wayang kuno, khususnya wayang Jawa Timuran (wayang Jek Dong) yang sudah langka.
Ia pun mempelajari perbedaan wayang Jawa Timur dengan wayang Solo. "Kalau wayang Solo wajahnya hitam, sedangkan wayang Jawa Timur cenderung merah," ujarnya.
Tips Merawat dan Menyimpan Wayang Kuno yang Tepat
Sebagai ilustrator digital, Danar menyimpan puluhan wayang kunonya dengan sangat hati-hati di kamarnya. Ia tidak memajangnya secara sembarangan.
"Kalau dipajang harus cari tembok atau dinding yang benar-benar kering karena wayang rentan berjamur. Lebih baik ditumpuk jadi satu dengan posisi wayang yang paling sedikit ukirannya diletakkan paling bawah," tuturnya.
Untuk perawatan, Danar membagikan kiatnya: "Seminggu sekali wayang diangin-anginkan agar tidak lembab. Saat diangin-anginkan, jangan sampai terkena sinar matahari langsung."
Artikel Terkait
PWI Bogor Soroti Akses Pendidikan Tinggi dalam Refleksi Akhir Tahun
Dua Pendaki Ilegal Hilang di Lereng Merapi Usai Abaikan Status Siaga
Duka Melintas Keyakinan: Ustadz Jazir Dikenang karena Ketulusan dan Karya Nyata
Derita dan Cinta: 5 Drakor Cina yang Menguras Emosi Lewat Kisah Penyakit Langka