Permasalahan utama yang dihadapi warga Kampung Apung adalah krisis air bersih. Air tanah yang mereka andalkan sudah tidak layak konsumsi. Air sumur berwarna kekuningan, berbau karat, dan meninggalkan endapan besi. Diduga kuat, kondisi ini akibat pencemaran limbah industri di sekitar wilayah tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak, warga terpaksa membeli air bersih dari pedagang keliling dengan harga Rp 6.000 per pikul. Setiap keluarga bisa menghabiskan 4-5 pikul atau sekitar 200 liter air bersih per minggu, yang berarti beban biaya hidup mereka semakin bertambah.
Tanggapan dan Langkah Pemerintah
Menanggapi keluhan warga, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, telah memerintahkan Pemerintah Kota Jakarta Barat untuk segera menyalurkan bantuan air bersih. Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto, menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Perusahaan Air Minum (PAM) setempat untuk memastikan pengiriman pasokan air bersih ke kawasan Cengkareng dan Kalideres, termasuk Kampung Apung.
Meskipun jaringan PAM hingga saat ini belum terpasang di wilayah tersebut, pemerintah setempat berkomitmen untuk memberikan bantuan sambil menunggu solusi permanen. Warga pun berharap agar akses terhadap air bersih, hak dasar mereka, dapat segera terpenuhi setelah bertahun-tahun menghadapi kesulitan.
Artikel Terkait
Drama Donasi Digital: Ketika Empati Diperdagangkan di Layar Ponsel
Bantuan BCA Tiba di Pengungsian Aceh Tamiang, Dukung Pemulihan Pasca-Banjir
Pemerintah Siapkan Diskon Massal untuk Antisipasi 60 Juta Pemudik Nataru
Sekretaris Kabinet dan Kepala BMKG Bahas Persiapan Cuaca Libur Akhir Tahun