Kritik Gaya Komunikasi Luhut Binsar Pandjaitan Dinilai Kampungan - Kajian Politik Merah Putih
Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Sutoyo Abadi, memberikan kritik pedas terhadap gaya komunikasi politik Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Sutoyo menyoroti kebiasaan Luhut yang kerap menggunakan istilah "kampungan" untuk menyerang pihak yang tidak sejalan dengannya.
Diskusi Politik yang Berbelok
Dalam diskusi Kajian Politik Merah Putih yang digelar Minggu malam, 19 Oktober 2025, pembahasan yang semula direncanakan membahas satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto justru berbelok ke tema kritik terhadap Luhut Binsar Pandjaitan. Sutoyo Abadi secara khusus mempertanyakan kapan Luhut akan menuduh Purbaya Yudhi Sadewa dan Prabowo Subianto kampungan setelah rencana pendirian family office dan pembayaran utang Whoosh ditolak.
Dua Makna Politik Kampungan
Menurut Sutoyo Abadi, istilah politik kampungan sebenarnya memiliki dua makna berbeda. Pertama, makna positif yang merujuk pada politik yang berakar pada nilai-nilai lokal dan semangat gotong royong seperti konsep kampung demokrasi. Kedua, makna negatif yang menggambarkan gaya politik primitif, arogan, dan berorientasi kekuasaan.
"Makna kedua inilah yang layak disematkan kepada LBP," tegas Sutoyo dalam pernyataannya.
Sejarah Komentar Kontroversial Luhut
Sutoyo mengingatkan beberapa pernyataan kontroversial Luhut Binsar Pandjaitan, termasuk komentarnya di Gedung KPK pada 18 Juli 2023 yang menyebut operasi tangkap tangan (OTT) tidak efektif dengan kalimat "Kalau mau bersih-bersih amat, di surga saja." Menurut Sutoyo, komentar semacam ini mencerminkan sikap arogan dan ketidakmampuan berpikir sistematis.
Artikel Terkait
Misteri Kucing Mesir Kuno: Hewan Suci yang Menyambung Dunia Dewa dan Manusia
Anak Riza Chalid Berontak di Penjara: Saya Sakit, Pindahkan Saya ke Sel yang Layak!
Bahlil vs Natalius Pigai: Ini Alasan Mereka Harus Dipecat!
Bahlil Dituding Jadi Calo Proyek Pertamina, Benarkah?