HEBOH Tudingan Guru Gembul: Ada Ulama Besar Korupsi, Uangnya Diberikan ke Istri Keempat!

- Rabu, 25 Juni 2025 | 12:40 WIB
HEBOH Tudingan Guru Gembul: Ada Ulama Besar Korupsi, Uangnya Diberikan ke Istri Keempat!




MURIANETWORK.COM - Sebuah potongan video viral media sosial yang memuat pernyataan kontroversial dari Youtuber dan pengamat sosial, Guru Gembul.


Dalam salah satu konten videonya yang viral, ia secara terbuka menuding ada oknum ulama besar di tanah air yang terlibat dalam praktik korupsi masif, dengan aliran dana yang disebut-sebut diserahkan kepada istri keempatnya.


Pernyataan ini sontak memicu perdebatan sengit di kalangan warganet dan menjadi sorotan publik, mempertanyakan integritas sejumlah tokoh agama di Indonesia.


Tuduhan yang dilontarkan Guru Gembul tanpa menyebut nama ini sontak memantik diskusi di media sosial mengenai transparansi dan akuntabilitas dana umat yang dikelola oleh para pemuka agama.


Kutipan yang Memicu Polemik


Pernyataan tajam ini pertama kali mencuat dari sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Guru Gembul, yang dikenal sering membahas isu-isu sosial, politik, hingga keagamaan dengan gaya kritis.


Dalam video berjudul "Eps 771 | MENGGUGAT ULAMA DI INDONESIA. APA FAEDAH MEREKA HARI INI?", Guru Gembul secara gamblang mengkritik peran ulama di zaman sekarang.


Ia menyoroti fenomena di mana sebagian pemuka agama dianggap lebih fokus pada popularitas dan gaya hidup mewah ketimbang substansi ajaran. 


Puncak dari kritiknya adalah tudingan serius mengenai adanya praktik korupsi yang dilakukan oleh oknum yang ia sebut sebagai "ulama besar".


"Ada ulama besar di Indonesia yang melakukan korupsi besar-besaran, dan uang hasil korupsinya itu diserahkan kepada istri keempatnya," ujar Guru Gembul dalam video tersebut, sebuah kutipan yang dengan cepat menyebar luas di berbagai platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan X (sebelumnya Twitter).


Salah satu akun X yang menggunggah potongan video Guru Gembul itu adalah @toe_gi***


"Kira-kira siapa ya, ustaz yang dimaksud. Tapi gue husnuzon saja, karena belum ada keterangan di media elektronik ataupun media sosial," tulisnya merujuk pada video Guru Gembul yang diunggahnya.


Guru Gembul berpendapat bahwa beberapa ulama atau dai bisa terjebak menjadi "hiburan spiritual", di mana mereka lebih berfungsi sebagai penghibur bagi jemaah daripada sebagai pembimbing spiritual sejati.


"Ketika kita mulai ngeliat ulama sebagai 'entertainer' yang tugasnya bikin kita ngerasa aman dan nyaman secara spiritual, itu bisa jadi jebakan," katanya.


Menurutnya, popularitas ini membuat mereka rentan terhadap godaan, termasuk penyalahgunaan wewenang dan dana.


👇👇


[VIDEO]


TAGS


Reaksi Publik dan Potensi Dampak


Tudingan ini, meskipun masih bersifat umum dan tidak menunjuk hidung secara spesifik, telah berhasil memantik api diskusi. 


Sebagian publik mendukung keberanian Guru Gembul untuk menyuarakan kritik yang dianggap tabu.


Mereka menilai ini sebagai momentum untuk mendorong transparansi yang lebih besar di kalangan lembaga dan tokoh agama.


Namun, tidak sedikit pula yang mengecam pernyataan tersebut. 


Kalangan ini menganggap tudingan tanpa bukti konkret dan penyebutan nama yang jelas sebagai fitnah yang dapat merusak citra ulama secara keseluruhan. 


Mereka khawatir hal ini akan menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap figur-figur yang selama ini dihormati dan menjadi panutan masyarakat.


Beberapa pihak menuntut Guru Gembul untuk memberikan bukti atau setidaknya menyebutkan inisial tokoh yang ia maksud agar tidak menjadi bola liar yang menyudutkan semua ulama.


Hingga saat ini, belum ada klarifikasi lebih lanjut dari Guru Gembul mengenai identitas ulama yang ia sebutkan dalam videonya.


Kontroversi ini menyoroti dilema besar dalam masyarakat. 


Di satu sisi, ada kebutuhan mendesak untuk akuntabilitas dan pengawasan terhadap semua figur publik, termasuk tokoh agama.


Di sisi lain, ada risiko besar terjadinya delegitimasi dan krisis kepercayaan terhadap institusi keagamaan jika tuduhan serius dilontarkan tanpa diiringi proses pembuktian yang adil dan transparan.


Sumber: Suara

Komentar