Bundaran HI, Kamis malam itu, terasa berbeda. Suasana Tahun Baru 2026 di jantung Jakarta ini tak lagi dihiasi dentuman spektakuler kembang api atau pesta hingar-bingar. Nuansanya lebih hening, lebih reflektif.
Pemprov DKI Jakarta sengaja menggelar perayaan bernuansa prihatin. Tanpa petasan, tanpa pesta cahaya di langit. Mereka mengalihkan fokusnya ke hal lain: doa bersama lintas agama dan pesan solidaritas. Tujuannya jelas, mengingat sejumlah daerah di tanah air sedang berjuang menghadapi bencana.
Meski begitu, nggak semua orang mengikuti skenario resmi itu. Di tengah acara yang didominasi oleh renungan, beberapa warga tetap saja nekat. Mereka menyalakan kembang api sendiri-sendiri, mencoba menyulap secercah kemeriahan di tengah suasana yang coba dibikin khidmat.
Menurut sejumlah saksi, meski acara resminya berbeda, daya tarik Bundaran HI sebagai ikon tahun baru ibu kota tetap kuat. Ribuan orang masih memadati kawasan itu. Mereka datang untuk menyaksikan momen pergantian tahun dengan caranya sendiri, sekadar menikmati keramaian dan udara malam Jakarta yang langka.
Jadi, perayaannya memang lain dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi semangat untuk merasakan detik-detik pergantian tahun di pusat kota, itu tetap sama.
Artikel Terkait
Gerebek Narkoba di Jermal Ricuh: Motor Polisi Dibakar, Anak-Anak Diduga Jadi Mata-Mata
Makan Gratis di Sekolah: Antara Niat Baik dan Polemik Anggaran
Satu Kalimat di TikTok yang Bikin Kita Berhenti dan Bertanya: Hidup Kita Benar-Benar Milik Siapa?
Satu-satunya Nama yang Dijawab Telepon: Kisah Pria yang Menjadi Pelabuhan Terakhir Anak-Anak Sekarat