Dulu, dunia crypto presale itu seperti balapan. Siapa yang paling kencang gebrak-gebrak, paling lantang janjinya, biasanya itu yang menang duluan. Narasi bombastis dan rasa urgensi palsu seolah jadi resep standar. Tapi, ya itu tadi, dulu.
Pengalaman, rupanya, guru yang paling jitu. Coba lihat ke belakang. Berapa banyak proyek yang dulu menggempur, sekarang hilang tanpa kabar? Bukan selalu soal penipuan, sih. Lebih sering, setelah pesta presale usai, mereka tak punya alasan untuk tetap eksis. Dari sinilah, perlahan-lahan, cara kita memandang fase awal ini mulai bergeser.
Bukan Cuma Soal Uang, Tapi Kredibilitas
Sekarang, presale enggak cuma dilihat sebagai ajang galang dana. Bagi banyak investor yang sudah jengah, momen ini justru jadi tes pertama buat ngecek kedewasaan sebuah tim. Gaya mereka berkomunikasi, apa yang mereka janjikan dan yang lebih penting, apa yang tidak mereka janjikan semuanya diamati.
Proyek yang cuma mengandalkan sensasi? Itu biasanya cepat sekali layu saat sorotan beralih. Di sisi lain, pendekatan yang lebih kalem, dengan roadmap jelas dan komunikasi jujur, justru sering dapat tempat di hati. Meski mungkin tak se-viral yang lain.
Pertanyaan Besarnya Sekarang: "Lalu, Dipakai Buat Apa?"
Ini perubahan paling nyata. Fokus bergeser dari kecepatan ke kegunaan. Pertanyaannya simpel, tapi kerap mematikan: produkmu ini nantinya bakal dipakai enggak, sih, sama orang?
Banyak yang bicara soal teknologi mutakhir, blockchain ini itu, tapi gagal total menjelaskan aplikasinya dalam keseharian. Padahal, justru penggunaan riil sekecil apa pun bisa jadi penyelamat saat pasar berubah jadi dingin. Itu pembeda antara proyek yang bertahan dan yang cuma jadi kenangan.
Artikel Terkait
Israel Akui Kemerdekaan Somaliland, Gelombang Kecaman Internasional Bergulir
Analisis Edy Mulyadi: Secara Hukum Bisa, Secara Politik Mustahil Jokowi DiNajibkan
Malam Tanpa Kembang Api di Bundaran HI, Solidaritas Menggantikan Gemerlap
Jembatan Garuda Akhirnya Tersambung, Warga Umbar Lepas dari Jerat Sungai