✍🏻 Ayu Shintia
Obrolan warga Purwakarta lagi panas. Topiknya? Almaz Fried Chicken. Tempat yang dulu kalau lewat situ, antriannya panjang banget itu. Tapi sekarang, kabarnya tutup. Resmi. Banyak yang cuma bisa geleng-geleng.
Sebagai pengamat, kejadian kayak gini selalu menarik. Kok bisa ya, bisnis yang dari luar terlihat sukses, tiba-tiba ambruk? Padahal ramai terus.
Jujur, ini bikin penasaran. Outletnya selalu rame, brand-nya udah dikenal, konsepnya juga beda. Tapi ujung-ujungnya, tutup juga. Ada apa sebenarnya?
Pertama, ramai belum tentu untung.
Ini yang sering salah kaprah. Antrian panjang itu cuma satu sisi cerita. Di balik layar, biaya sewa, operasional, dan bahan baku bisa melonjak. Kalau harga jual nggak bisa mengimbangi, ya pelan-pelan terkikis. Profit margin bisa habis meski pelanggan datang terus.
Lalu, ada soal ekspansi.
Membuka cabang baru dengan cepat memang bikin image bisnis makin keren. Tapi, kalau sistem internal belum benar-benar siap, masalah bakal muncul di mana-mana. Kontrol kualitas jadi berantakan, manajemen SDM kewalahan, dan yang paling berbahaya: arus kas jadi kacau. Bisnis terlihat besar, tapi fondasinya rapuh.
Artikel Terkait
Jembatan Garuda Akhirnya Tersambung, Warga Umbar Lepas dari Jerat Sungai
Dr. Tan Shot Yen Tantang Program Makanan Bergizi: Solusi atau Cermin Kegagalan?
Gus Ipul: Penyaluran BLTS Kesra 2025 Tembus 97 Persen Jelang Tutup Tahun
Pertemuan di Rumah Bahlil: Koalisi Bersatu atau Justru Mulai Retak?