Bogor – Udara malam di kawasan Puncak, Bogor, terasa dingin pada Selasa, 30 Desember 2025. Namun, di dalam Masjid At Ta’awun, ribuan jemaah tampak hangat menyimak ceramah Imam Besar Habib Rizieq Syihab. Di hadapan mereka, sang habib menyampaikan kegelisahan yang mendalam. Menurutnya, Indonesia saat ini tengah berada dalam kondisi "darurat kebohongan". Tak tanggung-tanggung, ia lantas menyerukan sebuah revolusi akhlak yang berlandaskan kejujuran untuk menyelamatkan kehidupan berbangsa.
Dalam ajaran Islam, kejujuran adalah prinsip utama. Habib Rizieq mengingatkan sebuah hadis Nabi Muhammad SAW: bersikap jujur itu wajib. Kenapa? Karena dari kejujuranlah akan muncul kebaikan, dan kebaikan itu sendiri yang mengantarkan pada keselamatan. Sebaliknya, kebohongan hanya akan menjerumuskan kita pada keburukan dan, pada akhirnya, kehancuran moral sebuah bangsa.
Sayangnya, prinsip mulia itu kini seperti tercabik-cabik. Habib Rizieq melihat perilaku tidak jujur justru marak, terutama di kalangan pejabat publik. Hal ini secara perlahan tapi pasti merusak kepercayaan masyarakat. Ia menyoroti berbagai pernyataan resmi, mulai dari penanganan bencana, data pelayanan publik, hingga klaim-klaim administratif, yang sering kali jauh panggang dari api. Realita di lapangan berkata lain.
“Coba kita lihat,” ujarnya, suaranya menggelegar.
“Terjadi bencana di Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara. Ada Kepala BNPB bikin pernyataan. Ah, itu kan ramainya cuma di medsos saja. Orang bencana besar-besaran dibilang enggak ada apa-apa, cuma di medsos saja yang ramai. Itu bohong tidak?”
Tanyaannya langsung dijawab ribuan jemaah dengan kompak, “Bohong!”
Ia pun melanjutkan dengan sederet contoh lain yang masih membekas di ingatan publik.
Artikel Terkait
BMKG Waspadai Bibit Siklon Tropis Jelang Malam Tahun Baru
Setahun Prabowo, Peta Ekonomi Masih Statis
Transjakarta Perpanjang Jam Operasi hingga Dini Hari Sambut Malam Tahun Baru 2026
Bogor Cetak 82 Prestasi, Kepemimpinan Dedie A. Rachim Jadi Kunci