Di Balik Keriuhan Media Sosial, Budaya Perusahaan Ternyata Masih Berjalan dalam Kabut

- Selasa, 30 Desember 2025 | 23:36 WIB
Di Balik Keriuhan Media Sosial, Budaya Perusahaan Ternyata Masih Berjalan dalam Kabut

Beberapa perusahaan global sudah menunjukkan cara yang berbeda. Google, misalnya, menemukan bahwa kinerja optimal justru lahir dari rasa aman secara psikologis, bukan dari pengawasan ketat.

Artinya, komunikasi internal yang transparan dan lingkungan dimana orang bebas berpendapat, punya pengaruh langsung pada inovasi dan ketahanan perusahaan.

Netflix juga punya cerita. Mereka membangun reputasi lewat transparansi dan kejujuran yang radikal. Prinsipnya: berikan konteks, bukan kendali. Alih-alih takut kebocoran informasi, keterbukaan malah jadi tameng reputasi mereka. Karyawan merasa dipercaya, budaya komunikasi pun tumbuh kuat.

Lain lagi dengan Amazon. Mereka memusatkan semua komunikasi pada obsesi terhadap pelanggan. Pendekatan ini membuat manajemen stakeholder jadi lebih empatik, terutama saat krisis. Tujuannya bukan sekadar membela perusahaan, tapi menyelesaikan masalah nyata yang dirasakan orang.

Ironisnya, banyak perusahaan di sini cuma melihat studi kasus internasional itu sebagai bahan presentasi yang keren. Bukan untuk dipelajari sungguh-sungguh. Padahal, belajar dari kegagalan dan kesuksesan orang lain adalah cara paling masuk akal untuk memperkuat strategi tanpa harus menanggung risiko yang sama besarnya.

Intinya, tanpa analisis data yang mendalam, perusahaan cuma mengandalkan naluri dan cara-cara usang. Di era serba cepat ini, mengandalkan firasat saja jelas tidak cukup. Data sentimen, feedback karyawan, dan tindakan stakeholder harus jadi fondasi setiap keputusan strategis.

Pada akhirnya, budaya digital perusahaan yang kuat bukan dinilai dari seberapa sering mereka bicara. Tapi dari seberapa besar pengaruh kata-kata itu membangun kepercayaan. Tanpa penilaian yang objektif, komunikasi cuma jadi suara yang hilang ditelan kebisingan.

Di era digital, perusahaan yang bertahan bukan yang paling lantang. Tapi yang paling paham dampak dari setiap pesan yang mereka sampaikan.


Halaman:

Komentar