Bagi masyarakat Aceh, kata dia, merayakan Ramadan tanpa kehadiran daging terasa kurang afdal. Makanya, bantuan itu sangat dibutuhkan.
Mualem bahkan punya ide. Dia menyarankan untuk mengimpor dari negara-negara dengan harga lebih murah, seperti Australia atau India. "Karena banyak ternak yang korban di tempat saya di kampung saya Pak, dia agennya sapi, sampai 300 ekor musnah Pak, terdampak banjir," sambungnya, menggambarkan betapa parahnya dampak bencana bagi peternak lokal.
Persoalan lain yang juga dia soroti adalah nasib para nelayan. Pascabencana, aktivitas melaut jadi sangat sulit. Muara-muara sungai mengalami pendangkalan serius, menghalangi perahu untuk keluar-masuk dengan lancar.
"Sekarang, kuala-kuala, mereka yang berpencaharian ke laut, keluar tunggu air pasang Pak, masuk tunggu air pasang," keluhnya. Padahal, sekitar seperempat penduduk Aceh menggantungkan hidupnya dari laut. Normalisasi muara sungai, oleh karena itu, menjadi sebuah keharusan agar roda perekonomian nelayan bisa berputar kembali seperti sedia kala.
Artikel Terkait
TransJakarta, MRT, dan LRT Siap Layani Warga Hingga Dini Hari di Malam Tahun Baru
Reyog Singo Mangkujoyo: Napas Tradisi yang Tak Padam di Tengah Kota
Panas Palembang: PPP Sumsel Pacu Mesin Politik untuk Perjalanan Panjang ke Senayan
Dana Tak Terseret, Tongkang Batu Bara Terancam Mandek di Sungai Lalan