Mendekati malam pergantian tahun, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung punya imbauan khusus buat warga. Ia menyarankan agar masyarakat yang ingin merayakan memanfaatkan transportasi umum saja. Hal ini disampaikannya usai meresmikan sebuah JPO di Pesanggrahan, Jakarta Barat, Selasa lalu.
“Di dekat Bundaran HI memang ada beberapa titik, tetapi intinya, kami akan menerapkan transportasi publiknya beroperasi sampai dengan jam 02.00 pagi,” jelas Pramono.
Namun begitu, ada catatan penting. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ternyata tidak menyediakan kantong parkir di sekitar Bundaran HI. Kebijakan ini sengaja diambil untuk satu tujuan: mencegah penumpukan kendaraan yang bisa berujung macet total.
“Kenapa itu dilakukan? Supaya tidak ada penumpukan,” ujarnya.
Menurut Pramono, ini sekaligus jadi momentum untuk mendorong peralihan ke angkutan publik. Layanan transportasi umum di Ibu Kota, katanya, sudah jauh lebih baik sekarang. Ia pun menegaskan, kendaraan pribadi tak akan diizinkan melintas di jalan protokol utama yang jadi lokasi perayaan, mulai pukul 18.00 WIB.
“Jalan-jalan protokol utama yang ada kegiatan menyambut Tahun Baru, sudah tidak bisa lagi menggunakan kendaraan pribadi. Semuanya diharapkan menggunakan kendaraan umum,” tegas Pram, begitu ia biasa disapa.
Ia secara khusus menyebut sejumlah lokasi seperti Bundaran HI, Kota Tua, Lapangan Banteng, dan FX Sudirman. “Kami menyarankan masyarakat yang akan hadir... karena transportasi publik kita sekarang sudah sangat baik, kami menyarankan untuk menggunakan transportasi publik,” tuturnya.
Pusat Perayaan Tersebar di Delapan Titik
Untuk menyambut 2026, Pemprov DKI sebenarnya telah menyiapkan delapan titik perayaan yang tersebar. Masing-masing bakal dilengkapi panggung hiburan. Menariknya, jumlah ini ternyata sudah dipangkas dari rencana awal.
Kepala Dinas Kominfotik DKI, Budi Awaluddin, mengonfirmasi hal itu. “Sebelumnya 14 titik dikurangi enam titik,” kata Budi akhir pekan lalu.
Logikanya sederhana: dengan menyebar titik keramaian, diharapkan massa tidak membludak hanya di satu tempat. “Untuk memecah kerumunan agar tidak terfokus di satu titik,” jelas Budi. Strategi ini dianggap bisa mengurai potensi kepadatan yang berlebihan.
Artikel Terkait
Kesalehan yang Gagap dan Moral yang Sunyi
Beredar Isu Kontraktor Jadi PPPK, BKPSDM Ogan Ilir Buka Suara
Kisah Ibrahim: Selamat Sendiri, Seluruh Keluarga Gugur di Dekatnya
Kepala Desa Sentul Dilema: Panggilan Hati Mengajar atau Tetap Memimpin