Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib punya penegasan serupa. Menurutnya, syariat-syariat sebelum Nabi Muhammad telah dihapus. “Tidak halal bagi siapa pun mengikuti selainnya setelah beliau diutus,” tulisnya saat menafsirkan Al-Ma’idah ayat 3.
Di era modern, Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar juga menggarisbawahi hal yang sama. Islam adalah penyempurna dan satu-satunya jalan keselamatan. “Memilih agama lain berarti memilih jalan yang salah,” jelasnya tentang Ali Imran: 85.
Keyakinan bahwa Islam adalah jalan kebenaran satu-satunya ini harus ditanamkan sejak dini. Dari SD sampai perguruan tinggi. Kalau keyakinan ini rusak, maka rusaklah agama Islam dalam diri seseorang. Rusak pula keyakinannya akan kehebatan Islam.
Sayangnya, di tengah gempuran informasi dan globalisasi sekarang, keyakinan itu terus digerus. Pluralisme agama, kurikulum cinta, dan sejenisnya membuat banyak anak muda jadi ragu. Orientasi hidup mereka cuma duniawi. Agama dianggap tak penting. Mereka tak sadar telah jatuh ke dalam kehidupan sekuler.
Lalu, bagaimana sebenarnya teladan dari Rasulullah? Beliau adalah manusia sempurna, insan kamil. Tegas dalam akidah, tapi lembut dalam toleransi. Suatu kali, kaum Quraisy menawarkan kompromi: menyembah Allah setahun, menyembah berhala setahun. Allah langsung menurunkan surat Al-Kafirun sebagai jawaban: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.”
Bahkan ketika ditawari kekayaan, kekuasaan, dan popularitas asal mau berhenti berdakwah, jawaban beliau legendaris. “Demi Allah, jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini, aku tidak akan meninggalkannya.”
Tapi lihat juga sisi lembutnya. Pernah suatu saat, Rasulullah ﷺ berdiri menghormati jenazah Yahudi yang lewat. Sahabat heran, lalu beliau menjawab,
Beliau juga pernah menjenguk tetangga Yahudi yang sakit. Padahal orang itu sering mengganggu dan bahkan pernah meludahinya. Sikap lembut Nabi itu justru membuat si Yahudi masuk Islam tanpa paksaan.
Sahabat-sahabat seperti Umar bin Khattab, Muadz bin Jabal, dan Khalid bin Walid pun masuk Islam karena terpikat akhlak beliau. Tegas dalam ibadah, tapi bagus dalam toleransi.
Nah, jiwa kepemimpinan dan kehebatan Islam inilah yang harus ditanamkan pada pemuda Muslim sekarang. Bukan jiwa yang menganggap semua agama sama, sehingga semangat dakwah pun padam.
Rasulullah selalu menanamkan bahwa hanya Islam agama tauhid yang benar. Selain Islam adalah syirik dan sesat. Tugas para nabi adalah mengajak manusia ke jalan ini, menuju keselamatan dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.
Nuim Hidayat
Direktur Forum Studi Sosial Politik.
Artikel Terkait
Banjir Hantam Lapas Aceh, 428 Napi Terpaksa Dilepas Demi Nyawa
Tiga Klaster Huntap Sumatera Mulai Terbangun, Ada Skema Gotong Royong
Slank Kembali Menyentil dengan Republik Fufufafa di Ulang Tahun ke-42
Bupati dan Kapolres Sintang Ajak Masyarakat Ganti Pesta dengan Berbagi