Jumat lalu (26/12), suasana di beberapa titik di Sumatera Barat tampak berbeda. Bukan hanya suara gemericik air sisa banjir, tapi juga bunyi palu dan deru mesin. Di sana, seragam hijau TNI dan cokelat Polri terlihat bekerja sama membangun hunian darurat untuk warga yang rumahnya hancur diterjang banjir bandang dan tanah longsor.
Antusiasme mereka terpancar jelas. Dengan kompak, mereka bahu-membahu menyiapkan tempat tinggal sementara yang layak. Mulai dari memasang rangka baja ringan, menyusun dinding papan, hingga mengecor lantai. Material seperti multipleks dan atap zincalume pun dipasang dengan cermat. Tujuannya satu: agar warga punya tempat bernaung yang lebih baik dari sekedar tenda pengungsian.
Fasilitas dasar, tentu saja, jadi perhatian utama. Huntara ini dirancang agar cepat berdiri tapi tetap manusiawi untuk ditinggali.
Prajurit Denzipur 2/PS dari Kodam XX/TIB fokus membangun di dua lokasi. Pertama, di Nagari Koto Tinggi, yang masuk wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota. Lokasi kedua ada di Nagari Salareh Aia, Kabupaten Agam.
Artikel Terkait
Istidraj: Ketika Kemudahan Dunia Justru Menjadi Jebakan
Zelensky di Luar Negeri, Rusia Klaim Kuasai Dua Kota Kunci di Timur Ukraina
Ayam Bersyahadat dan Pelajaran Toleransi di Hutan Kalimantan
Indonesia Serukan Penahanan Diri Jelang Eskalasi di Yaman Selatan