Rajab, Momentum Membentuk Karakter Ibadah Sejak Dini

- Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:00 WIB
Rajab, Momentum Membentuk Karakter Ibadah Sejak Dini

Rajab: Ajang Pelatihan dan Pembiasaan

Nah, bicara soal pembiasaan, bulan Rajab menawarkan momentum yang pas. Bulan ini layak dijadikan ajang untuk memperbanyak amal saleh. Perbanyak istighfar, taubat, dan jauhi maksiat.

Rajab juga termasuk bulan haram (al-asyhur al-ḥurum), sehingga puasa sunah di dalamnya sangat dianjurkan. Bisa puasa Senin-Kamis, puasa Ayyām al-Bīḍ (tanggal 13, 14, 15 Hijriah), puasa Nabi Dawud, atau malah sekalian bayar utang puasa Ramadan tahun lalu jika masih ada.

Penting dicatat, dari Rajab, kita hanya punya jeda dua bulan sebelum masuk Ramadan bulan di mana puasa jadi wajib hukumnya.

Masalahnya, buat sebagian orang bahkan yang sudah dewasa dan balig puasa Ramadan itu berat. Tak jarang, ada yang meninggalkannya tanpa alasan syar’i yang jelas.

Di sinilah Rajab berperan. Ia bisa jadi fase awal untuk membiasakan diri. Dengan mulai puasa sunah di Rajab, tubuh dan mental kita lebih siap menyambut Ramadan. Tak perlu langsung puasa penuh. Nabi Saw pernah bersabda, “Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.”

Mulailah dengan yang ringan. Misal, puasa Senin-Kamis sepanjang Rajab, lalu dilanjutkan di Sya‘ban. Dengan cara ini, saat Ramadan tiba, kita tak akan kaget lagi. Ibadah wajib itu pun terasa lebih ringan.

Jadi, meski tak ada amalan khusus yang secara tegas ditetapkan untuk Rajab termasuk puasa kita tetap bisa memanfaatkannya dengan puasa sunah yang memang sudah dianjurkan Nabi.

Selain itu, Rajab juga saat yang tepat untuk “reset” diri. Perbanyak taubat dan istighfar. Tingkatkan amal saleh lainnya sebagai bekal menyambut Ramadan.

Dengan persiapan matang, diharapkan kita bisa mengisi Ramadan dengan optimal. Hingga selepas Ramadan, kita berharap bisa kembali suci, seperti bayi yang baru lahir.

Penutup

Dari uraian di atas, intinya jelas: membiasakan ibadah sejak dini adalah fondasi penting. Ia yang membentuk akhlak dan tanggung jawab keagamaan seorang Muslim.

Rukun Islam bukan sekadar tuntutan hukum belaka. Lebih dari itu, ia adalah sarana pendidikan akhlak yang menumbuhkan ketaatan dan kedisiplinan spiritual.

Dalam kerangka ini, Rajab hadir sebagai momentum pelatihan. Lewat puasa sunah, taubat, dan istighfar, kita mempersiapkan diri untuk Ramadan.

Pembiasaan yang bertahap dan konsisten akan meringankan langkah kita. Ibadah wajib tak lagi terasa sebagai beban, melainkan kebutuhan. Dengan begitu, Ramadan bisa dijalani dengan kesadaran penuh, keteguhan, dan kualitas penghambaan yang lebih baik. Wallāhu a’lam.

Zuhaili Zulfa, S.Pd.,
Guru Pendidikan Agama Islam, lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Halaman:

Komentar