katanya lega. Bagi Sadam, ini bukan cuma soal dirinya. Ini artinya orang tuanya bisa fokus menghidupi dan menyekolahkan adik-adiknya, termasuk dua adik kembarnya yang masih balita.
Hidup di asrama justru memberinya rasa nyaman yang tak terduga. Dia merasa diterima dan dikelilingi oleh lingkungan yang mendukung.
“Enak tinggal di sini. Teman-temannya baik, guru-gurunya juga baik dan support,”
ungkapnya. Teman-teman asrama sudah dianggapnya seperti saudara. Para guru pun menjadi orang tua kedua yang membimbing tanpa tekanan berlebihan.
“Awal-awal masih canggung, tapi sekarang sudah nyaman. Rasanya seperti rumah kedua.”
Rasa aman itu memberinya ruang untuk bernapas, untuk kembali fokus pada pelajaran dan masa depannya.
Cita-citanya dulu ingin jadi insinyur. Tapi hidup membawanya ke arah lain. Sadam justru menemukan ketertarikannya pada bahasa Inggris dan isu-isu internasional. Sebenarnya ini bukan hal baru. Sejak SMP dia sudah gemar bahasa Inggris, bahkan pernah ikut kompetisi literasi tingkat nasional.
“Aku suka bahasa Inggris, suka nonton cerita tentang negara-negara lain, politik luar negeri,”
katanya dengan mata berbinar.
Kini, impiannya berubah. Sadam bercita-cita menjadi diplomat. Dia tahu jalan menuju ke sana harus dimulai dari bangku kuliah.
“Aku pengen kuliah. Harus punya ijazah supaya bisa sukses,”
tekadnya terdengar kuat.
Di SRT 45 Semarang, Sadam bukan cuma bertahan. Dia berkembang. Bahkan dipercaya menjadi Ketua OSIS melalui proses pemilihan yang cukup serius.
“Kayak pemilihan presiden. Nyampein visi, terus dipilih,”
ceritanya sambil tersenyum lebar. Pengalaman memimpin itu sangat berharga baginya.
Kini, dia tak perlu lagi nebeng motor teman dengan hati was-was. Di Sekolah Rakyat ini, Sadam menemukan lebih dari sekadar tempat belajar. Dia menemukan ketenangan, kesempatan kedua, dan sebuah fondasi kokoh untuk menatap hari esok yang lebih cerah.
Artikel Terkait
Korban Tewas Bencana Sumatera Tembus 1.138 Jiwa, Ratusan Ribu Masih Mengungsi
Konsistensi Kebijakan Jadi Penentu Masa Depan Bahan Bakar Bersih Indonesia
Banjir Bandang Balangan: Air Setinggi Atap Rumah dan Ratusan Rumah Rusak
Korban Tewas Bencana Sumatera Tembus 1.138 Jiwa, 163 Masih Hilang