GAZA Di sebuah sudut halaman Rumah Sakit Al-Shifa, suara sorak-sorai dan tepuk tangan justru terdengar Kamis lalu. Suara itu menandai sebuah momen langka: wisata bagi 170 dokter Gaza. Mereka baru saja menyandang gelar sertifikasi dari Dewan Kedokteran Palestina.
Yang membuatnya luar biasa, upacara sederhana ini digelar di tengah reruntuhan. Al-Shifa sendiri bukan tempat asing bagi serangan. Sejak 2023, kompleks medis terbesar di Gaza ini berkali-kali jadi sasaran, meninggalkan kerusakan yang nyata. Tapi di halaman yang sama, para dokter ini merayakan pencapaian intelektual mereka.
Mereka dijuluki "Kelompok Perisai Kemanusiaan." Julukan itu pas. Bagaimana tidak? Pelatihan medis dan pendidikan profesional mereka ditempuh dalam kondisi nyaris mustahil. Pemboman terus berlangsung, fasilitas kesehatan hancur berantakan, infrastruktur medis ambruk. Tapi mereka bertahan.
Artikel Terkait
PCNU Sintang Galang Rp17 Juta untuk Korban Banjir di Tiga Provinsi
Hening di Pelabuhan Lampulo: Nelayan Aceh Berhenti Melaut untuk Kenang Tsunami
Balig: Titik Awal Tanggung Jawab Syariat dalam Kehidupan Muslim
Atalia Praratya Berdoa di Tahun Baru, Sementara Isu Ridwan Kamil-Aura Kasih Masih Membara