Angkanya sulit dibayangkan. Lebih dari 18.000. Yusuf Abu Hattab, seorang pria Palestina berusia 65 tahun, menyebut setiap satu dari mereka sebagai syuhada. "Dari tanggal 15 Oktober 2023 hingga hari ini," katanya dengan suara yang berat, "saya telah menguburkan lebih dari 18.000 syuhada."
Kalimat itu ia ucapkan bukan sebagai statistik, tapi sebagai kesaksian. Yusuf adalah seorang penggali kubur. Tugasnya yang kelam itu kini berlangsung hampir tanpa henti di Jalur Gaza, di tengah apa yang ia dan banyak pihak sebut sebagai genosida oleh Israel.
Setiap hari, Yusuf menghabiskan berjam-jam di kuburan. Seringkali, itu adalah kuburan massal. Kenapa? Sistem pemakaman biasa sudah ambruk total. Hancur lebur oleh kampanye pengeboman besar-besaran yang dilakukan pasukan pendudukan. Ritual penghormatan terakhir pun terpaksa dilakukan secara darurat, beramai-ramai, di liang-liang yang digali dalam keadaan terburu-buru.
Artikel Terkait
Siklon dan Sawit: Ketika Hujan Hanya Menyelesaikan Bencana yang Sudah Disiapkan
Ijazah Jokowi Akhirnya Diperlihatkan, Pengacara: Saya Merinding dan Terharu
Tragis di Malam Natal: Penumpang Kereta Ekonomi Lompat Saat Melaju di Lebak
Rakyat Tak Butuh Janji Mati, Cukup Buktikan Kerja Nyata