Akhir tahun tiba. Saatnya melepas penat, jauh sejenak dari tumpukan kerja atau tugas kuliah. Bagi generasi sekarang, momen ini sering disebut 'healing'. Tapi sebenarnya, apa itu healing? Apakah cuma tren belaka, atau justru kebutuhan jiwa yang mendasar?
Nyatanya, ada banyak cara untuk melakukannya. Bisa dengan pergi ke tempat wisata, mencoba hal-hal baru, atau bahkan cuma berdiam diri di rumah sambil menikmati ketenangan. Intinya, mencari jeda dari realitas yang kadang bikin sumpek.
Tekanan itu sendiri datang dari mana-mana: tuntutan kerja, target akademik, hingga dinamika pergaulan. Menurut Hikmah dan kawan-kawan dalam sebuah penelitian, healing sebenarnya adalah strategi coping. Sebuah upaya sadar untuk mengelola tekanan tersebut.
Begitu bunyi kesimpulan mereka. Jadi, ini bukan soal lari dari masalah. Lebih tepatnya, sebuah ikhtiar untuk memulihkan kondisi mental yang sudah lelah.
Pariwisata dan Pemulihan Psikologis
Nah, salah satu bentuk healing yang paling populer ya jalan-jalan. Menyusuri tempat baru, menikmati alam, atau sekadar kulineran. Menurut penelitian yang sama, aktivitas pariwisata punya kontribusi nyata bagi kesejahteraan individu.
Artikel Terkait
Tragedi di Atap Afrika: Helikopter Jatuh di Kilimanjara Tewaskan Lima Orang
Atap Parkiran Ambruk di Koja, Hanya Selangkah dari Anak-anak yang Sedang Bermain
USDT Diam di Dompet? Ini Strategi Hasilkan Untung Tanpa Deg-degan
Jalur Alternatif Puncak Amblas, Warga Buru-buru Dirikan Jembatan Bambu