Operasi Tangkap Tangan KPK yang menjerat Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang, benar-benar tamparan keras. Di usia yang masih muda, 32 tahun, dia semestinya jadi simbol harapan baru. Tapi nyatanya? Korupsi malah merajalela lagi, dan kali ini melibatkan lingkaran paling intim: keluarga sendiri.
Ini buktinya, masalah utama kita bukan soal kurangnya pemuda di panggung politik. Persoalan sebenarnya jauh lebih dalam: patronase lama itu masih kuat banget, dan ternyata bisa diwariskan. Jadi, wajahnya boleh fresh, gaya bicaranya kekinian, tapi pola kekuasaannya ya itu-itu juga. Ganti baju, tapi isinya tetap sama.
Figur Muda, Cuma Kemasan Doang?
Dalam pilkada atau pemilu, sosok muda sering cuma jadi "produk" yang dipasarkan. Usia, penampilan, dan cara ngomong yang gaul dijadikan senjata untuk mencitrakan perubahan. Tapi jangan salah, di balik layar, aktor-aktor lama entah itu keluarga, cukong, atau elite partai biasanya masih pegang kendali penuh.
Keluarga Jadi Pusat Kekuasaan Bayangan
Kasus Bekasi ini juga mengungkap praktik memprihatinkan: adanya semacam pemerintahan bayangan. Struktur formal negara cuma jadi tameng, sementara pengaruh riil justru dipegang oleh orang-orang terdekat yang tak punya mandat rakyat. Mereka bergerak bebas, jauh dari sorotan dan mekanisme pertanggungjawaban.
Yang lebih parah, keterlibatan ayah dan anak dalam kasus korupsi menunjukkan bahwa penyimpangan sudah dianggap biasa. Keluarga, yang mestinya jadi sekolah pertama nilai-nilai moral, malah berubah jadi tempat melegitimasi tindakan curang. Korupsi bukan aib lagi, tapi sekadar strategi untuk bertahan di dunia politik yang serba transaksional dan mahal.
Artikel Terkait
Korban Tewas Banjir-Longsor Sumatera Tembus 1.135 Jiwa, Hampir 490 Ribu Orang Mengungsi
Polisi Sekadau Bantu Lansia ke Gereja, Operasi Lilin Kapuas 2025 Tampilkan Wajah Humanis
Deras Tak Henti, Ratusan Rumah di Pidie Jaya Kembali Tergenang
Ryaas Rasyid Bongkar Tudingan: Ijazah Jokowi Diklaim Palsu