Suasana hangat terasa di Dusun Thekelan, Desa Batur, Kabupaten Semarang, pada Kamis (25/12) kemarin. Warga yang merayakan Natal 2025 justru kedatangan tamu-tamu istimewa: tetangga mereka yang beragama lain. Ya, tradisi silaturahmi lintas agama kembali hidup di tengah masyarakat.
Menurut sejumlah saksi, acara ini memang sudah jadi rutinitas tahunan. Setiap ada perayaan besar entah itu Natal, Waisak, atau Idul Fitri warga sengaja saling mengunjungi tempat ibadah. Bukan sekadar formalitas, tapi benar-benar untuk bersilaturahmi.
“Kami saling bersalaman, saling memaafkan. Itu yang utama,” ujar seorang warga.
Ritual sederhana itu punya makna yang dalam. Di balik jabat tangan dan senyuman, terkandung upaya nyata menjaga kesatuan. Kerukunan antarumat beragama di dusun itu bukan cuma slogan, tapi benar-benar dipraktikkan. Mereka menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan sama sekali tidak menghalangi kebersamaan.
Jadi, apa yang terjadi di Thekelan ini memberi secercah harapan. Di tengah berita-berita panas soal intoleransi, masih ada komunitas yang dengan tenang menjalankan hidup berdampingan. Mereka tidak perlu pidato panjang; cukup dengan saling mengunjungi dan menghormati perayaan masing-masing.
Artikel Terkait
Prabowo Soroti Korban Bencana dalam Ucapan Natalnya
Ancol Jadi Pelarian Warga Jakarta yang Gagal ke Puncak
Paus Leo XIV Soroti Gaza dan Nestapa Perang dalam Khotbah Natal Perdananya
Kekhawatiran Nabi Yaqub di Detik-detik Terakhir: Apa yang Kalian Sembah Sepeninggalku?