“Janganlah jatuh ke dalam pola pikir yang mengerikan itu,” pesannya. “Jangan sampai kita berpikir bahwa dibandingkan uang, semua hal lain kehilangan nilai dan martabatnya.”
Peringatannya tentang kekayaan pun cukup keras. Kekayaan yang didapat dengan cara tidak bermoral, katanya, takkan pernah memberi kekuasaan yang langgeng. “Lebih menumpuk kekayaan yang berlumuran darah tidak akan mampu membuat seorang pun tetap berkuasa dan tidak mati,” demikian kutipan yang ia sampaikan dengan nada prihatin.
Namun begitu, di balik kritik pedasnya, ada ajakan untuk berharap. Kardinal Ignatius mengajak umat memaknai Natal sebagai saat untuk berjalan dalam terang Kristus. Dengan mengikuti Yesus, martabat kita sebagai manusia takkan direndahkan. Hidup pun takkan lagi gelap.
“Dengan berjalan di dalam terang, kita akan semakin menyerupai Dia,” tandasnya penuh keyakinan. “Menjadi anak-anak Allah yang bermartabat. Tidak membiarkan moralitas hidup kita luntur, merosot, atau bahkan hilang begitu saja.”
Pesan Natalnya jelas: melawan kegelapan dengan terang, dan memulihkan martabat yang telah tercabik.
Artikel Terkait
Kesombongan Moral: Ketika Lupa Asal-Usul Menjadi Akar Kehancuran
Pedagang Emas Tertembak Usai Kejar Penjual Liontin Palsu di Sukajadi
Gus Ipul Pastikan BLT dan Bantuan Rp8 Juta untuk Korban Bencana Sumatera
Natal di Thekelan, Tetangga Lintas Agama Saling Sambangi