"Jadi kan begini... kalau berbuat kerusakan di bumi diancam berat sekali," tuturnya.
"Karena itulah, ya kan, Kami memberikan keputusan pada Bani Israil bahwa siapa yang membunuh satu orang seakan membunuh semua manusia. Siapa yang menghidupkan satu orang maka seakan dia memberikan kehidupan bagi semua manusia."
Dari dua prinsip itu, beliau menarik kesimpulan yang tegas. Yang diminta dari umat Islam sebenarnya adalah 'memberikan kehidupan'.
"Syariat Nabi Muhammad itu syariat yang menghidupkan. Bukan syariat yang membunuh," tegasnya.
"Jadi kalau terjadi banyak pembunuhan di zaman hari ini, itu jauh dari syariat berarti."
Beliau lalu memberi contoh. 'Membunuh' di zaman modern tak melulu soal menghilangkan nyawa dengan pisau atau peluru. Ada yang lebih sistemik. Membuat suatu bangsa miskin terencana, membiarkan mereka kelaparan dan kehausan, itu semua adalah bentuk kejahatan dan kerusakan yang nyata.
Sebaliknya, 'menghidupkan' dimaknai sebagai aksi nyata membangun peradaban. Bukan sekadar wacana.
"Islam harus menyiapkan makan, minum, pakaian, pekerjaan, tempat tinggal. Itu peradaban muslimin," pungkas Ustaz Budi.
"Jadi kalau kita berperan di salah satu poinnya, itu artinya seakan kita memberikan kehidupan bagi seluruh manusia."
Artikel Terkait
Di Balik Data dan Digitalisasi: Upaya Menyelaraskan Penyaluran Bansos dengan Realita Warga
Prabowo Soroti Perjuangan Sunyi Satgas Hutan yang Selamatkan Rp 6,6 Triliun
Bahu Jalan Bukan Tempat Istirahat, Peringatan Keras Jelang Puncak Arus Nataru
Rp 6,6 Triliun Menggunung di Kejagung, Hasil Tebusan Lahan Sawit Ilegal