Mengikuti Sunnah Nabi: Kewajiban yang Terlupa di Balik Amalan Rajab

- Rabu, 24 Desember 2025 | 08:00 WIB
Mengikuti Sunnah Nabi: Kewajiban yang Terlupa di Balik Amalan Rajab

Kalau dalam hal kebiasaan saja kita disuruh perhatian, apalagi dalam urusan ibadah. Jangan sampai kita tinggalkan suatu ibadah sunnah cuma karena statusnya "cuma" sunnah. Kata al-Ghazali, nggak ada alasan buat ninggalin sunnah kecuali karena uzur syar'i, kekufuran yang tersembunyi, atau kebodohan yang nyata.

Beliau bahkan cerita soal seorang ahli hadis yang ketat banget menilai sanad. Suatu hari dia dengar hadis larangan berbekam di hari Sabtu dan Rabu. Karena menilainya lemah, dia tetap bekam di hari Sabtu. Eh, malah kena sopak yang makin parah. Dalam mimpi, dia ketemu Rasulullah Saw. yang bertanya lembut, "Kenapa kamu bekam di hari Sabtu?" Dia jawab soalnya hadisnya lemah. Rasulullah balik nanya, "Tapi kan hadis itu tetap dinukil dariku?" Si ahli hadis pun terdiam. Rasulullah lalu mendoakannya, dan esok harinya penyakitnya hilang.

Rajab dan Sikap Bijak Berzikir

Nah, ini relevan banget kalau kita bicara bulan Rajab. Banyak riwayat soal keutamaan Rajab yang statusnya lemah. Tapi bukan berarti kita buang semua. Soalnya, nggak semua riwayat lemah itu sampai level palsu.

Misal, anjuran untuk banyak-banyak tobat, berdoa, dan baca istighfar di bulan Rajab. Meski riwayat spesifiknya lemah, toh berdoa dan tobat itu sendiri adalah kewajiban sepanjang waktu. Dasarnya kuat di Quran dan hadis sahih.

Syekh ‘Abd al-Ḥamīd bin Muḥammad ‘Alī Quds, dalam kitab Kanz as-Surur wa an-Najah, pernah menjelaskan panjang lebar:

Tentu ada syaratnya. Menurut beliau, penyusunan doa dan zikir harus berdasarkan kebutuhan, bukan hawa nafsu. Lafaznya harus jelas, nggak menyesatkan, dan selaras dengan prinsip-prinsip syariat.

Intinya, membaca doa yang dinukil dari orang saleh itu boleh. Bikin doa sendiri pun, selama sesuai kriteria, juga nggak masalah. Malah, kalau kita paham maknanya, bisa bikin hati makin tenang dan dekat sama Allah.

Tapi, satu hal yang perlu diingat. Doa dan zikir yang ma'tsur yang langsung dari Quran atau Nabi tetap lebih utama. Jadi, kalau kita mau baca doa karangan sendiri atau dari ulama, sebaiknya dibarengi dengan yang ma'tsur juga.

Penutup

Jadi, kesimpulannya jelas. Mengikuti dan meneladani Nabi Muhammad Saw. itu kewajiban fundamental. Meliputi semua sisi hidup, dari ibadah mahdhah sampai kebiasaan kecil.

Dalam konteks Rajab, sikap yang bijak adalah tidak gampang mencampakkan amalan hanya karena riwayatnya lemah, selama tidak palsu dan tidak bertentangan dengan akidah yang pasti.

Perbanyak tobat, doa, zikir, dan amal saleh di bulan ini tetaplah baik. Tapi, utamakan yang sumbernya langsung dari Quran dan Sunnah. Dengan begitu, penghambaan kita jadi lebih lurus, seimbang, dan penuh keteladanan. Wallāhu a’lam.

Zuhaili Zulfa, S.Pd.
Guru Pendidikan Agama Islam, lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Halaman:

Komentar