Jangan Buat Retorika Boleh, Asal Jangan Rusak Bangsa Ini
Asal bangsa jangan rusak. Titik.
Zaman sekarang, semuanya serba angka. Likes, views, kurs mata uang, peringkat. Kita jadi lupa, tak semua yang bernilai bisa diukur dengan angka-angka itu. Memang, kehilangan itu menyakitkan. Kehilangan pekerjaan, peluang, atau sekadar kenyamanan hidup bukan hal sepele. Tapi coba lihat sejarah. Bangsa yang hancur, seringkali bukan karena miskin harta. Mereka hancur karena kehilangan arah, karena nilai-nilai luhurnya tergerus.
Bangsa kita ini lahir justru dari keterbatasan. Lahir dari perut lapar dan senjata yang tak seimbang. Dari doa panjang yang dipanjatkan dalam sunyi malam. Makanya, ketika hari ini kita bilang "kita kaya", jangan cuma berhenti pada sumber daya alam atau bonus demografi. Kekayaan sejati kita adalah kesepakatan bersama dulu: bahwa kemerdekaan, persatuan, dan martabat manusia jauh lebih mahal dari kepentingan sesaat. Pancasila dengan lima silanya yang kuat adalah buktinya.
Namun begitu, persilangan zaman ini tak bisa dibilang ramah. Kita terjepit di antara iman dan ambisi, antara kepentingan pribadi dan tanggung jawab kebangsaan. Media sosial mempercepat segalanya: kemarahan, penghakiman massal, polarisasi yang mengerikan. Dalam iklim seperti ini, ancaman terbesar justru datang dari dalam. Kita jadi terlalu sibuk saling meniadakan. Yang beda dianggap ancaman, yang tak sejalan langsung dicap musuh.
Di sinilah peran kesadaran religius yang substantif sangat krusial. Iman harusnya melahirkan etika, bukan cuma simbol dan atribut. Semua agama mengajarkan amanah bahwa kekuasaan, suara, dan pengaruh itu titipan, bukan hak mutlak. Merusak bangsa demi keuntungan sendiri, dengan dalih apapun, itu namanya pengkhianatan. Kita boleh kalah dalam hal-hal duniawi, tapi jangan sampai kalah dalam menjaga nilai-nilai dasar kehidupan yang beradab.
Di sisi lain, bersikap arif bukan berarti kita jadi apatis atau pasrah. Ini soal kedewasaan membedakan mana prinsip yang tak bisa ditawar, dan mana hal yang masih bisa dikompromikan. Debat soal kebijakan, pilihan politik, itu wajar. Tapi saat perdebatan itu mulai menggerogoti persatuan, merusak kepercayaan, dan menghilangkan rasa saling hormat fondasi bangsa kita yang mulai retak.
Artikel Terkait
Foto Viral Ridwan Kamil dan Aura Kasih di Milan, Pengacara Ancam Lapor Polisi
Muzakir Manaf: Sosok yang Membuat Sistem Gerah
Pesawat Jet Libya Jatuh di Ankara, Seluruh Pejabat Militer Senior Tewas
Pengamat Peringatkan: Pemerintah Bisa Dicap Pelindung Perusak Hutan Sumatera