Isu bunker dan uang fantastis di bawah rumah Jokowi mungkin terdengar liar. Tapi, omongan politikus senior PDIP itu tiba-tiba saja ramai. Kenapa? Rupanya, pernyataan itu muncul di tengah berbagai kejanggalan politik yang makin menumpuk dan sulit diabaikan begitu saja.
Biasanya kan, mantan presiden memilih mundur. Menjadi penasihat, menjaga wibawa dari kejauhan. Jokowi? Polanya beda. Jabatan formal memang sudah lepas, tapi pengaruhnya masih nyata. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, kehadirannya terasa lebih dominan ketimbang presiden yang sedang menjabat.
Yang bikin orang melotot adalah keterlibatannya di Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai itu kini dipimpin anak bungsunya, Kaesang Pangarep. Naiknya Kaesang yang latar belakang politiknya bisa dibilang hijau ke pucuk pimpinan partai begitu cepat. Secara hukum sih sah-sah saja. Tapi secara etika, ini bikin banyak orang mengernyit. Apa iya kekuasaan itu dilepas? Atau cuma pindah kendaraan?
Kecurigaan makin menjadi-jadi ketika kita lihat kenyataan di lapangan. Acara-acara PSI hampir selalu digelar mewah di hotel berbintang. Kantor-kantornya di daerah juga tampak megah dan modern. Padahal, secara suara di parlemen, PSI masih sangat terbatas. Basis kadernya pun belum signifikan. Logika sederhana saja bertanya: mana mungkin semua itu dibiayai cuma dari iuran anggota atau subsidi negara yang terbatas?
Nah, di titik inilah pertanyaan besar itu muncul. Dari mana sebenarnya sumber dananya?
Artikel Terkait
KH Maruf Amin Mundur Ganda: Tinggalkan Kursi Dewan Syuro PKB Usai Lepas Jabatan di MUI
PHK 2025 Tembus 79 Ribu, Menteri Purbaya Soroti Warisan Ekonomi yang Tak Bagus
Serah Terima Jabatan Menpora Malaysia Berlangsung di Tengah Kemeriahan SEA Games Bangkok
BPSDM Kalbar Siapkan Kawah Candradimuka Digital untuk ASN