Oleh: dr. Eka Poedja
Dilarang minum setelah makan? Benarkah?
Pertanyaan itu sering banget muncul. Beneran ada larangannya, atau cuma sekadar overthinking kita aja? Mari kita lihat faktanya.
Kalau minumnya satu galon sekaligus, ya jelas nggak boleh sih. Boros, kan? Hehehe.
Nah, sejujurnya, saya sendiri belum pernah nemuin larangan tertulis soal ini. Entah dari sisi agama, hukum di Indonesia, atau aturan adat. Nggak ada yang secara gamblang bilang, "Eh, habis makan jangan minum!"
Tapi, katanya sih alasannya karena air bisa mengencerkan asam lambung dan bikin enzim pencernaan nggak kerja optimal. Benar nggak?
Secara ilmiah, memang bener air bisa mengencerkan. Tapi, perlu diingat beberapa hal. Volume asam lambung kita tuh sekitar 1 sampai 4 liter per hari. Kalau lagi diperiksa, biasanya sekitar 20-100 ml.
Nah, untuk mengubah keasaman lambung dari pH 1 jadi pH 2, butuh air sepuluh kali lipat dari volume awalnya. Itu hitungannya deret. Jadi, biar pH-nya naik ke level di mana enzim nggak optimal lagi (yaitu di atas pH 4), kamu butuh... coba tebak?
Butuh air sekitar seribu liter! Bayangin, harus habisin satu tandon air di atas rumah dalam sekali minum. Nggak mungkin, kan?
Memang ada teori 'stomach flush', di mana minum segelas air bisa memicu pengosongan lambung lebih cepat. Tapi teori ini masih diperdebatkan dan cuma berlaku buat kondisi tertentu pada beberapa orang aja.
Di sisi lain, coba kita lihat sejarah. Praktek minum setelah makan ini udah dilakukan nenek moyang kita sejak ribuan tahun lalu. Jarang banget ada laporan masalah kesehatan massal karena kebiasaan ini. Mereka sehat-sehat aja, kok.
Artikel Terkait
Orang Tua Pelaku Serangan Metro Taipei Berlutut dan Minta Maaf
Gus Aam Serukan PBNU Teguh Hadapi Tekanan, Tolak Musyawarah Kubro
Kuota Angkutan Motor Gratis KAI Masih Longgar, Baru 41% yang Terisi
Kalbar Siapkan Diri Jadi Tuan Rumah Pelatihan Kepemimpinan Nasional