Selain itu, Imam dan keluarga tetap mau menikmati liburan di Yogya. Hanya saja, pilihannya jatuh ke tempat-tempat yang biasanya sepi dari keramaian turis luar daerah.
“Kami tetap wisata di Yogya, tapi menghindari yang rame-rame kayak Malioboro, Keraton, atau Kaliurang. Itu mah buat wisatawan luar,” ucap Imam.
Malioboro Tetap Jadi Raja
Di sisi lain, pusat keramaian seperti Malioboro tetaplah tak tergoyahkan. Pantauan di lokasi pada Senin, 22 Desember kemarin, menunjukkan kawasan itu benar-benar disesaki pengunjung.
Lalu lintas di sepanjang jalan utama bergerak sangat pelan. Beragam plat kendaraan terlihat, mulai dari B (Jakarta), S (Bojonegoro, Tuban), sampai AD (Solo). Semua seakan berkumpul di titik yang sama.
Tak jauh dari sana, Pasar Beringharjo juga ramai oleh pelancong yang berburu oleh-oleh, entah itu makanan khas atau pakaian batik.
Wirawan, salah satu wisatawan asal Cilegon yang ditemui di Gunungkidul, mengaku punya alasan keluarga untuk memilih Yogya.
“Orang tua saya tinggal di Gunungkidul. Jadi sekalian saja kami berkunjung dan liburan,” katanya.
Selain mampir ke Malioboro, dia dan keluarga juga menyempatkan diri menikmati pantai di selatan Yogya.
“Kemarin ke Pantai Drini. Sebenarnya banyak pantai bagus di sini,” jelas Wirawan.
Jadi begitulah. Satu kota, dua dunia. Satu ramai oleh pendatang yang penuh semangat, satu lagi lebih memilih untuk menikmati ketenangan di balik pintu rumahnya sendiri.
Artikel Terkait
Wagub Babel Hellyana Resmi Tersangka Kasus Ijazah Palsu
Kalung Kenangan Yayang Direnggut Paksa di Gang Batas Pandang
BMKG Ungkap Batasan Prediksi Siklon Tropis, Siapkan Sistem Peringatan Dini Berbasis Dampak
Kapolri Pimpin Apel Banser di Cirebon, Siapkan Pengamanan Natal dan Tahun Baru