Di tengah situasi yang tak kunjung reda, Patriark Latin Pierbattista Pizzaballa memimpin perayaan misa Natal. Lokasinya di Gereja Keluarga Kudus, wilayah Gaza timur. Suasana hening, jauh dari kemeriahan biasa.
Doa-doa khusus pun dilantunkan. Suaranya terdengar jelas, mengisi ruang gereja yang mungkin menjadi satu-satunya tempat teduh bagi sebagian orang di sana. Ini terjadi dalam konteks yang berat, di mana kekerasan dan duka masih menyelimuti Gaza.
Menurut sejumlah laporan, perayaan ini berlangsung sederhana. Sangat sederhana. Namun kehadiran Pizzaballa di lokasi itu sendiri sudah menyampaikan pesan yang lebih dalam tentang solidaritas dan ketahanan iman di tengah kepedihan yang oleh banyak pihak disebut sebagai genosida yang terus berlanjut.
Rekaman video dari misa tersebut beredar, menunjukkan momen itu. Gambar-gambarnya berbicara lebih lantang daripada kata-kata. Wajah-wajah jemaat, tatapan mereka, dan latar belakang gereja yang sederhana menceritakan sebuah kisah yang kompleks tentang harapan di ujung jurang keputusasaan.
Di sisi lain, langkah Pizzaballa ini bukan kali pertama. Dia kerap menyuarakan perdamaian dan mengutuk kekerasan yang menimpa warga sipil, tanpa memandang latar belakang mereka. Tindakannya di Gaza timur hari itu seperti sebuah pernyataan nyata: bahwa di manapun, dalam kondisi apapun, ruang untuk kemanusiaan dan spiritualitas harus tetap dijaga.
Artikel Terkait
Pendiri Lush Beri Sinyal Tegas: Tak Sepolitik Saya? Jangan Beli Produk Kami
Kata Berisik Dewi Perssik untuk Korban Aceh Tuai Badai Kritik
When I Fly Towards You: Kisah Cinta Sekolah yang Hangatkan TikTok
Kalis Mardiasih Soroti Dapur Militer dan Partai, Kantin Sekolah Malah Terabaikan