"Jangan asyik memproduksi, memproduksi, memproduksi mahasiswa tapi kita tidak pernah melihat apa yang dikerjakan mereka yang sudah selesai dari kita," katanya.
"Jangan sampai nanti kita asyik membuat penganggur. Kalau alumninya terbanyak penganggurannya, kenapa harus dibuka program studi itu? Bukankah kita berkontribusi terhadap terciptanya pengangguran?" sambungnya.
Di sisi lain, Nasaruddin mendorong langkah berani. PTKIN harus membuka program studi yang benar-benar marketable dan relevan dengan zaman. Ia meminta para rektor untuk berani berpikir beda, bahkan sedikit "nakal".
"Sementara ada jurusan-jurusan tertentu yang sangat marketable, tapi kenapa bukan itu yang dibuka? Kami minta para rektor berani berpikir lain, nakal-nakal sedikit enggak apa-apa kalau dalam hal ini," ucapnya.
Persoalan lain yang mengganjal adalah partisipasi rendah sivitas akademika Kemenag di program beasiswa LPDP. Angkanya, menurutnya, sangat kecil: kurang dari 5% dari total penerima.
"Dana kita itu banyak sekali di LPDP tetapi orang-orang kementerian agama yang lulus itu kurang dari 5%," ungkapnya.
Faktor utamanya? Persiapan yang lemah. Karena itu, Nasaruddin mendesak adanya sistem pengkaderan khusus. Tujuannya agar mahasiswa PTKIN bisa bersaing masuk kampus top dunia seperti Harvard atau Oxford lewat jalur LPDP.
"Nah saya mohon supaya kita nanti ada mahasiswa kita dan itu diberikan untuk masuk ke perguruan tinggi terkemuka dunia, ke Harvard, di Oxford di Inggris," harapnya.
Tanpa persiapan serius, kata dia, PTKIN akan terus tertinggal. "Kalau kita tidak ada sistem khusus untuk mempersiapkan anak-anak kita, semakin kita akan ketinggalan."
Ia pun meminta rektor lebih proaktif membina mahasiswa sejak S1. Agar mereka punya bekal dan keberanian untuk "menembak" kampus-kampus ternama di AS, Inggris, atau Al-Azhar.
"Rektor juga harus proaktif bagaimana mengkader anak S1-nya itu untuk menembak Amerika, menembak Inggris, Al-Azhar misalnya," pungkas Nasaruddin.
Artikel Terkait
Bantuan Logistik Aceh Masih Andalkan Helikopter, Akses Darat Terkendala Medan
Prabowo dan Dokumen Rahasia yang Menggambarkan Musuh Lama
Mahfud MD Bongkar Praktik Bayar-Bayaran untuk Naik Pangkat di Polri
Laporan Bencana yang Vokal Ditekan, Transparansi Dipertanyakan