Cahaya dari Panel Surya dan Tamparan Kesadaran di Tengah Duka Aceh

- Senin, 22 Desember 2025 | 09:40 WIB
Cahaya dari Panel Surya dan Tamparan Kesadaran di Tengah Duka Aceh

Lalu, bagaimana jika suara-suara bijak seperti mereka belum didengar? Jika bantuan masih tersendat? Apa kita harus putus asa? Tentu tidak.

Di sini letak kekuatan tertinggi kita sebagai rakyat yang ber-Tuhan. Jika semua pintu birokrasi terasa tertutup, ketuklah Pintu Langit. Perbanyak doa. Hanya doa yang mampu menembus tembok istana paling tebal sekalipun. Hanya doa yang bisa membolak-balikkan hati penguasa agar lebih peka pada tangis rakyatnya. Agar para pejabat dijaga dari pernyataan yang justru memperparah luka.

Kita berdoa agar prediksi suram tentang "Indonesia Bubar 2030" itu tak pernah terjadi. Kita berdoa para pemimpin diberi hidayah untuk melihat bahwa di balik angka 1.090 itu, ada nyawa manusia yang dicintai keluarganya.

Postingan saya kemarin soal ini, hampir 40% tanggapan menolak. Logika mereka sederhana: ini urusan negara, bukan dengan doa. Oke, saya tak membantah. Tapi bantulah dengan solusi, seperti Ferry, atau influencer lain semacam Vilmey dan para kreator yang memasak langsung di lokasi bencana dengan genset. Atau yang tak terdeteksi di radar saya karena saya jarang scroll medsos.

Bantu dengan solusi cerdasmu, ide brilianmu, donasi kerenmu. Ayo, kita bergerak bersama. Indonesia bisa. Kita kuat dan tangguh.

Sebagai penutup, izinkan saya mengutip ayat dalam Surah Ar-Ra’d ayat 11:

Dan ingat janji-Nya dalam Al-Baqarah ayat 286:

Renungkanlah. Ayat-ayat ini bukan cuma dalil, tapi semacam Manifesto Kemandirian yang mengguncang jiwa. Ia ajarkan makna mandiri sebenarnya: Berhenti Menunggu, Mulai Bergerak.

Tuhan menegaskan, tangan yang berusaha mengubah nasibnya sendiri adalah tangan yang diberkahi. Jika Jakarta terasa jauh, ingat Tuhan itu dekat. Jika birokrasi macet, maka gotong royong warga harus berlari kencang. Kita dididik jadi bangsa yang resilien, yang percaya bahwa di balik beban bencana ini, Tuhan telah titipkan tulang punggung yang kuat.

Kitalah nahkoda nasib sendiri.

Mari "ubah keadaan" mulai dari diri. Pemerintah dengan kuasanya, Ferry dengan panel suryanya, Bu Connie dengan suratnya, Pak Anies dengan advokasinya, saya dengan tulisan ini, dan kalian… dengan doa serta aksi nyata sekecil apa pun. Semoga cahaya yang dirakit Ferry di Sumatera itu jadi pertanda terbitnya matahari harapan baru bagi Indonesia yang lebih tangguh.

Salam cinta tanah air,
Bu Guru 💕


Halaman:

Komentar