Kebanyakan konflik dalam pertemanan muncul karena batas yang kabur. Terlalu sering bantu, terlalu gampang memaafkan, atau terlalu berharap diperlakukan sama persis, ujung-ujungnya cuma bikin kecewa. Faktanya, dua orang bisa aja berteman lama, tapi dengan tingkat kedekatan yang berbeda. Masalahnya muncul ketika salah satu pihak nganggap hubungan itu jauh lebih dalam daripada yang dirasakan sama yang lain.
Lalu, apa yang bisa kita kendalikan? Cara kita menyikapinya.
Daripada berharap seseorang berubah yang biasanya cuma bikin frustasi lebih sehat kalau kita yang menyesuaikan ekspektasi. Kalau udah tahu dia tipe orang yang cuek, ya jangan berharap dia bakal selalu hadir 24 jam. Kalau dia terkenal sulit jaga rahasia, ya jangan kasih beban cerita yang terlalu dalam. Dengan mengenali sifatnya sejak awal, kita bisa menentukan seberapa jauh kita mau melangkah, tanpa harus berakhir terluka.
Beberapa hal sederhana ini mungkin bisa bikin pertemanan tetap sehat:
- Amati konsistensi sikapnya, bukan janji atau kata-kata manis di awal.
- Berani tetapkan batas tanpa merasa bersalah.
- Stop mengukur orang lain dengan standar diri kita sendiri.
- Terima aja kenyataan bahwa nggak semua orang bisa jadi tempat bercerita.
Pertemanan yang dewasa itu, pada intinya, bukan soal seberapa sering kalian ketemu. Tapi lebih ke seberapa aman perasaan kalian dijaga satu sama lain. Kadang, justru dengan mengenal seseorang secukupnya, hubungan itu jadi lebih awet dan tahan lama.
Jadi, intinya sederhana. Cukup tahu sifatnya, lalu bertemanlah secukupnya. Bukan karena kita menjauh, tapi karena kita ingin tetap utuh tanpa harus kehilangan diri sendiri di dalamnya.
Artikel Terkait
Tol Cipali Sepi Jelang Natal, Volume Kendaraan Turun 25 Persen
Kisah Pilu di Balik Pemulangan Jenazah Korban Kebakaran Hong Kong
Banjir Sumatra: Tagihan Mahal dari Pembangunan yang Abai
Jaksa Agung Copot Tiga Kajari Terjerat OTT KPK