Dari Paris, sebuah peringatan keras dilayangkan. Pengamat politik Muhammad Said Didu, dalam sebuah video yang diunggah Rabu lalu, menyuarakan kegelisahan yang mendalam tentang masa depan Indonesia. Menurutnya, kita sedang menuju kehancuran. Penyebabnya? Kedaulatan negara yang, dalam pandangannya, telah direbut oleh segelintir oligarki.
Lokasi pengambilan videonya sendiri punya makna simbolis yang kuat: Place de la Concorde. Di situlah, berabad silam, Raja Louis XVI dan sang permaisuri dipancung di tengah gejolak Revolusi Prancis. Said Didu menarik garis paralel yang suram. Dia berpendapat Indonesia butuh koreksi fundamental, sebuah pembenahan besar-besaran layaknya revolusi yang mengakhiri "kebiadaban kekuasaan" di masa lalu.
Lalu, apa akar masalahnya? Didu menuding pemerintahan sepuluh tahun terakhir telah menyerahkan lima pilar kedaulatan negara kepada oligarki. Mulai dari wilayah, politik, hukum, sampai ekonomi dan penguasaan sumber daya alam. Kritiknya pedas dan tanpa tedeng aling-aling.
Tak berhenti di situ, dia lalu menyasar berbagai kelompok elite. Seruannya jelas: berhentilah jadi alat. Para jenderal diminta kembali ke Sapta Marga, bukan jadi pelindung oligarki. Politisi dikecam karena dianggap menjadikan jabatan sebagai sumber kenikmatan, melupakan rakyat yang diwakilinya.
Penegak hukum pun tak luput. Mereka didesak berhenti menjadi alat untuk menggusur rakyat kecil dan, pada akhirnya, merampok negara. Para kiai dan tokoh agama diserukan untuk tidak "menjual ayat" hanya demi menenangkan penguasa dan konglomerat.
Artikel Terkait
Gus Ipul: Penyaluran BLTS Kesra 2025 Tembus 97 Persen Jelang Tutup Tahun
Pertemuan di Rumah Bahlil: Koalisi Bersatu atau Justru Mulai Retak?
Polresta Bandar Lampung Ungkap Lebih dari Separuh Kasus Pidana Sepanjang 2025
Dari Reruntuhan Banjir, Seorang Warga Aceh Tengah Membangun Harapan di Atas Perahu