Di Beijing, Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun berbicara blak-blak-blakan. Baginya, hubungan Indonesia dan China jauh lebih dalam dari sekadar acara seremonial atau urusan protokol belaka. Ada bukti konkret di lapangan, dan itu bisa dirasakan langsung misalnya, dalam geliat penjajakan bisnis antar pelaku usaha.
Pernyataan itu disampaikannya dalam acara Update from Indonesia yang digelar KBRI Beijing, Jumat lalu. Acara itu sekaligus menandai 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara, sambil memaparkan capaian kerja sama selama 2025.
"Diplomasi Indonesia-Tiongkok tidak berhenti pada protokol, tetapi hadir dalam praktik nyata," tegas Djauhari dalam rilis tertulis Minggu (21/12).
Menurutnya, wujudnya beragam. Mulai dari pertemuan tingkat tinggi, penjajakan bisnis, sampai penguatan konektivitas penerbangan. Tak ketinggalan, kerja sama budaya dan film, plus interaksi informal yang justru sering mempererat kepercayaan.
Dubes juga membeberkan strategi yang ditempuh sepanjang tahun ini untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Di sisi lain, ia menyoroti arah kebijakan China belakangan yang fokus pada integrasi ekonomi dan mendongkrak permintaan domestik.
Nah, di tengah ketidakpastian global yang makin menjadi, kedua negara ini justru punya kemauan untuk menyelaraskan langkah. Kerja sama pun terus digenjot.
Buktinya? Data kepabeanan China mencatat, dari Januari hingga November 2025, nilai perdagangan kedua negara tembus USD 150,36 miliar. Angka ini melampaui capaian tahun sebelumnya yang 'hanya' USD 147 miliar.
Artikel Terkait
Di Balik Sikap Menolak Bantuan Asing: Nasionalisme atau Nyawa yang Terancam?
Mantan Menlu Malaysia Tegur Tito Karnavian: Belajar Cara Berbicara ke Tetangga
Tragedi Bekkersdal: Sembilan Nyawa Melayang dalam Serangan Brutal di Sebuah Bar
Bobby Nasution Tegaskan Bantuan Beras UEA Tak Dipulangkan, Muhammadiyah yang Salurkan