Jelang peringatan Hari Ibu, ruang seni di Jakarta disemarakkan oleh sebuah pameran yang sarat makna. Bambang Asrini, seorang pelukis sekaligus kurator ternama, mempersembahkan 15 karya drawing kontemporer bertajuk "Motherland" atau Tanah Air. Karya-karya itu, kata dia, terhubung erat dengan ingatan kolektif tentang momentum nasional tersebut.
Bagi Bambang, seni bukan sekadar hiasan. Lewat siaran pers yang dirilis di Jakarta, Sabtu (20/12/25), ia menjelaskan bahwa seni berfungsi sebagai instrumen kultural.
Pameran ini, pada dasarnya, adalah ekspresi personal yang mendalam. Ia merupakan ladang refleksi Bambang untuk ibunya, seorang pelukis yang telah wafat. Namun di sisi lain, ia juga menjadi kanvas untuk menyampaikan pesan mengenai kondisi bangsa saat ini.
Pendapat serupa datang dari Seno Joko Suyono, pendiri Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF). Menurutnya, semua gambar Bambang adalah renungan tentang keadaan masyarakat yang carut-marut.
Sementara itu, pengamat seni Imam Muhtarom melihat ada pertarungan dialektis dalam karya-karya itu. Dalam pengantar katalognya, kandidat doktor Universitas Indonesia itu menyebut Bambang mempertarungkan gagasan tentang keadilan dan kesejahteraan dalam konteks berbangsa.
Artikel Terkait
Sinterklas Dayung Kano, Bagi-bagi Hadiah di Pedalaman Amazon
Gelar Perkara Khusus Buka Ruang: Desakan Uji Labfor Independen untuk Ijazah Jokowi
Diplomasi Nyata Indonesia-China Buktikan Angka: Perdagangan Tembus USD 150 Miliar
Gus Yahya Apresiasi Progres Penanganan Bencana di Sumatera