Gen Z Terjepit: Pinjol, Judol, dan Algoritma yang Mengintai

- Senin, 15 Desember 2025 | 09:00 WIB
Gen Z Terjepit: Pinjol, Judol, dan Algoritma yang Mengintai

Dalam pandangan Islam, negara punya kewajiban mutlak memenuhi kebutuhan dasar setiap warganya. Tanpa syarat, dan tanpa jerat utang berbunga. Negaralah pelayan rakyat, bertugas memastikan seluruh hajat hidup terpenuhi. Baik Muslim maupun non-Muslim.

Kesenjangan ekonomi yang menganga dalam sistem kapitalis, kecil kemungkinan terjadi di sini. Islam punya aturan distribusi kekayaan yang jelas. Sumber daya alam dikelola untuk kemaslahatan rakyat banyak, bukan segelintir orang. Riba dihapuskan. Rakyat dilindungi dari praktik ekonomi predatoris.

Pendidikan juga memegang peran vital. Tujuannya bukan cuma transfer ilmu, tapi membentuk kepribadian islami. Generasi dididik untuk menjadikan halal-haram sebagai kompas hidup, bukan sekadar mengikuti hawa nafsu. Dengan fondasi ini, judi dan gaya hidup konsumtif berlebihan tak akan laku.

Bahkan di ruang digital, Islam punya visi. Infrastruktur digital dibangun untuk masyarakat yang beradab. Konten merusak dan normalisasi maksiat tak akan diberi panggung. Sains dan teknologi diarahkan untuk kemaslahatan, bukan sekadar memanen profit dari ketergantungan anak muda.

Sekarang, saatnya generasi muda Muslim menyadari identitasnya. Mereka bukan sekadar target pasar. Bukan konsumen yang hanya bisa dikuras isi dompetnya.

Mereka adalah pewaris peradaban besar. Pemimpin dunia yang pernah tegak dengan adab dan ilmu. Kesadaran ini hanya bisa tumbuh lewat pembinaan berkelanjutan, lewat tsaqafah Islam yang mendalam.

Solusi hakikinya bukan cuma memblokir aplikasi atau menambah regulasi. Tapi membangun cara pandang baru. Bahwa sistem Islamlah yang paripurna, yang benar-benar melindungi manusia dari ujung rambut sampai kaki.

Maka, semua elemen masyarakat perlu terlibat. Dorong generasi muda masuk dalam aktivitas dakwah yang mencerahkan. Satukan langkah dengan kelompok dakwah Islam yang ideologis. Bangun kesadaran bersama. Karena jika dibiarkan terus terperangkap dalam pusaran algoritma kapitalis, yang hilang bukan cuma masa depan mereka. Tapi masa depan peradaban kita semua. Wallahu'alam bissawab.

Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan


Halaman:

Komentar