"Sabar. Pemerintah tak punya tongkat Musa," begitu katanya.
Nah, ini yang mau kami sampaikan. Pak Presiden, tolong jangan ajarkan kata 'sabar' kepada kami, rakyat Aceh.
Sejak dalam kandungan, tauhid sudah jadi makanan pokok kami. Bencana datang silih berganti menghantam tanah ini. Tapi kewarasan kami tak pernah benar-benar hilang. Sebab bagi kami, sabar bukan sekadar ucapan. Ia sudah meresap jadi bagian dari ruh.
Urusan menyirami rohani, serahkan saja pada pak kiai dan para ustadz. Itu ranah mereka. Tidak perlu Bapak menggantikan posisi itu.
Tugas Bapak sebenarnya jelas: selesaikan persoalan bangsa. Urus dan peliharalah baik-baik para bahlul, para abdi, dan penjilat yang ada di sekeliling Bapak itu. Itu saja sudah cukup berat.
Kita cuma bisa berharap dan berdoa. Semoga bencana yang diprediksi BMKG untuk Sumatra tidak sampai merambat ke Jawa, Bali, atau daerah lain. Bayangkan jika itu terjadi. Dengan kondisi kepemimpinan seperti sekarang, besar kemungkinan Indonesia nanti hanya tinggal nama.
(fb)
Artikel Terkait
Dandhy Laksono: Indonesia Bisa Jadi Negara Miskin dalam 20 Tahun
Pelukan Hangat Prabowo di Tengah Puing Bencana
Di Pangandaran, Pak Wagyo Bertahan dengan Papan Selancar dan Filosofi Sepuasnya
Tragedi Tritih Kulon: Truk Tangki Semen Banting Setir, Empat Nyawa Melayang