Darmawan pun ikut memohon maaf sedalam-dalamnya kepada masyarakat Aceh.
Namun begitu, politisi pun angkat bicara. Teuku Abdul Khalid dari Gerindra di DPR menilai laporan Bahlil ke Presiden tidak akurat. Menurutnya, yang menyala baru sekitar 60 persen.
Dia memperingatkan, laporan yang tidak tepat bisa memperlambat penanganan bencana dan akhirnya merugikan rakyat kecil. "Jangan asal bapak senang," sindirnya.
Keluhan warga di media sosial dan laporan lokal semakin memperkuat kritik itu. Seperti yang diungkapkan Armiadi, warga Aceh Tamiang. Listrik di wilayahnya hanya menyala di titik tertentu, itupun cuma beberapa jam.
Halida Bahri dari Lhokseumawe juga membenarkan. Klaim pemulihan total, menurutnya, sangat tidak sesuai realita. "Di Lhokseumawe saja... listrik belum menyala 24 jam. Masih padam bergantian," cetusnya.
Data internal PLN UP3 Lhokseumawe yang diungkap Manager Husni justru mengonfirmasi keluhan warga. Pasokan di wilayah kerjanya meliputi lima kabupaten baru mencapai 65 persen. "Beberapa tiang dan trafo kita tumbang dan rusak," ujarnya.
Jelas, ada jurang lebar antara laporan di meja rapat dengan kondisi nyata di tanah Aceh. Warga menunggu janji, sementara lampu di rumah mereka masih belum juga terang.
Artikel Terkait
Tim KPK Usut Dugaan Korupsi Kuota Haji, Periksa Lokasi di Mina
Di Balik Gerobak Bakso Pangandaran: Kisah Nelayan yang Bertahan di Tepian
Bupati Lampung Tengah Tersandung Suap Rp5,7 Miliar untuk Bayar Utang Kampanye
Suharti Buka Suara: Data Pendidikan Masih Banyak PR Meski 71,9% Dinilai Baik