Memasuki tahun 1946, negara yang masih muda ini membutuhkan seorang panglima pertama. Saat itu, TNI belum terbentuk. Yang ada adalah Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Nah, Soedirman lah yang terpilih sebagai Panglima Besar TKR pada tanggal 18 Desember 1945. Baru kemudian struktur berubah menjadi TRI, dan akhirnya TNI pada 1947. Jadi, saat terpilih, jabatannya adalah Panglima Besar TKR.
Proses pemilihannya sendiri menarik. Sidang berlangsung alot. Ada kandidat-kandidat senior dengan rekam jejak militer yang panjang. Sementara Soedirman? Usianya baru 29 tahun. Namun, suara dari komandan-komandan di lapangan bulat. Mereka memilihnya. Alasannya sederhana: ia sudah membuktikan diri di medan perang, memimpin dengan hati, menyatu dengan rakyat, dan punya reputasi sebagai kader Muhammadiyah yang lurus.
Yang menarik, Soedirman sama sekali tidak berkampanye. Tidak ada lobi-lobi politik. Ia hanya duduk, mendengarkan, dan siap menerima apapun keputusan sidang. Justru sikap pasrah seperti inilah yang semakin meyakinkan banyak orang. Inilah calon pemimpin sejati.
Akhirnya, dilantiklah ia oleh Presiden Soekarno. Indonesia resmi memiliki Panglima Besar pertamanya. Dan panglima besar itu lahir dari rahim Persyarikatan Muhammadiyah.
Jadi, kalau ada yang bertanya, apa bukti Muhammadiyah bisa mencetak pemimpin besar? Jawabannya hanya satu.
Namanya Soedirman!
Nashrun minallahi wa fat-hun qariib!
(Setiya Jogja)
Artikel Terkait
Billie Eilish Berhadapan dengan Miliarder AS, Tegaskan Dukungan untuk Palestina Tak Bisa Ditawar
Sjafrie Siap Berantas Pengkhianat di Balik Tambang Indonesia
UIKA Championship 2025 Sukses Digelar, Siap Naik Kelas Jadi Ajang Internasional
Cak Imin: Banjir Sumatera Alarm Keras Kelalaian Kita pada Alam