Ketika Hutan Lenyap, yang Tumbuh Hanyalah Alasan

- Jumat, 05 Desember 2025 | 07:40 WIB
Ketika Hutan Lenyap, yang Tumbuh Hanyalah Alasan

Lalu, bagaimana dengan kita?

Di sini, ceritanya agak berbeda. Begitu hutan gundul, yang sering kali kita tanam bukan bibit pohon, melainkan segudang alasan. Saat banjir bandang menerjang dan rakyat terseret arus, yang kita bangun seringkali adalah narasi. Yang tersisa bagi korban mungkin hanya foto-foto pejabat dengan rompi oranye, siap diunggah ke media sosial.

Ini ironi yang pahit. Negara lain fokus pada mitigasi ekologis. Kita, kadang, lebih sibuk dengan mitigasi reputasi. Mereka menutup lubang erosi. Kita sibuk menutup mulut yang kritis.

Dan ketika data menempatkan Indonesia di lima besar negara dengan kehilangan hutan tertinggi, jawabannya seringkali sudah bisa ditebak: “Itu karena curah hujan ekstrem.”

Seolah-olah hujan punya kaki dan gergaji, lalu diam-diam masuk ke hutan untuk menebang pohon.

Pada akhirnya, perbedaannya terletak pada apa yang kita tanam untuk masa depan. Negara lain menanam pohon untuk generasi mendatang. Kita? Terkadang, yang kita tanam hanyalah paragraf pembelaan untuk konferensi pers berikutnya. Mereka khawatir kehilangan ekosistem. Kita, seringkali, lebih takut kehilangan investor sawit dan tambang.

Inilah komedi tragedi ekologis yang mahal harganya. Tragis bagi rakyat yang merasakan dampaknya, lucu bagi segelintir elite yang abai, dan sungguh merusak bagi masa depan bangsa.

(Erizeli Jely Bandaro)


Halaman:

Komentar