Yasser Abu Shabab tewas. Kabar itu datang dari kelompoknya sendiri, Pasukan Rakyat, yang mengonfirmasi kematian pemimpin geng Gaza yang selama ini disebut-sebut bekerja sama dengan Israel.
Dalam sebuah unggahan di Facebook, Kamis malam (4/12/2025), milisi itu menyebut Abu Shabab ditembak. Lokasinya, saat ia berusaha mendamaikan perselisihan di antara anggota keluarga Abu Suneima. Begitu penjelasan mereka.
Sebelum konfirmasi itu beredar, laporan dari Saluran 12 Israel sudah lebih dulu muncul. Mereka menyebut Abu Shabab tewas dalam bentrokan dengan sebuah "klan Gaza". Ia kemudian dilarikan ke Pusat Medis Soroka di Israel selatan, dan dinyatakan meninggal di sana.
Selama perang berlangsung, nama Abu Shabab memang mencuat. Kelompoknya dituding terlibat dalam penjarahan bantuan kemanusiaan yang seharusnya masuk ke Gaza. Bantuan-bantuan itu sendiri diizinkan oleh otoritas Israel. Di sisi lain, Israel memberlakukan blokade ketat yang memicu krisis kelaparan parah di beberapa wilayah. Penjarahan ini, dalam situasi seperti itu, memperburuk keadaan.
Tak heran, para pejabat Israel kemudian mengakui kerja sama mereka dengan kelompok-kelompok bersenjata lokal di Gaza. Tujuannya jelas: membentuk pasukan anti-Hamas. Dan Abu Shabab, dengan pengaruhnya, disebut-sebut sebagai salah satu mitra mereka.
Laporan dari lapangan semakin memperjelas reputasinya. Hani Mahmoud, koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari Kota Gaza pada Kamis itu, menyebut Abu Shabab dan anak buahnya "terkenal" – tapi bukan karena hal baik.
"Mereka terkenal karena dugaan keterlibatan dalam perdagangan narkoba dan penjarahan bantuan," kata Mahmoud.
Lebih lanjut, ia menambahkan, kelompok itu dituding sengaja menghalangi truk bantuan masuk ke Gaza utara. Akibatnya, keluarga-keluarga yang sudah terlantar harus berhadapan dengan ancaman kelaparan yang makin meluas.
Artikel Terkait
Di Balik Tenda Proyek, Perang Dua Wajah Jurnalisme Terbongkar
Banjir Bandang dan Pelajaran dari Suku Baduy: Saatnya Kembali pada Harmoni
Di Balik Status Bencana Nasional: Politik, Anggaran, dan Kerumitan di Tengah Duka Aceh dan Sumatera
Kecerdasan yang Tersesat: Saat Akal Budi Jadi Alat Pembenaran