Chairil Gibran Ramadhan Raih Uhamka Award 2025: Dedikasi 26 Tahun Lestarikan Budaya Betawi

- Senin, 17 November 2025 | 18:00 WIB
Chairil Gibran Ramadhan Raih Uhamka Award 2025: Dedikasi 26 Tahun Lestarikan Budaya Betawi

Ragam bahasa Melayu Betawi populer digunakan antara 1870-an hingga 1940-an sebagai bahasa lisan sehari-hari. Sementara Melayu Tinggi, yang berasal dari dialek Melayu Riau, digunakan dalam dunia pemerintahan, pendidikan, dan sastra formal, serta menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia.

Sebagai sastrawan yang menguasai berbagai ragam ejaan dan bahasa Melayu, CGR menyayangkan kurangnya pemahaman panitia terhadap kedua ragam bahasa ini, yang berakibat pada pembahasan yang tidak optimal.

Harapan untuk Acara Mendatang

Meski kaya akan ilmu, acara ini dinilai memiliki beberapa kelemahan teknis. Penataan tempat duduk yang kurang nyaman dan durasi acara yang hanya tiga jam untuk delapan pembicara membuat penyampaian materi terburu-buru. Sesi tanya jawab pun hanya sampai pada tahap "tanya" tanpa ada waktu untuk "jawab".

Harapannya, di tahun-tahun mendatang, acara serupa yang digelar PSB UHAMKA dapat ditangani lebih profesional, dengan komunikasi yang lebih baik antara panitia dan narasumber, serta pengaturan waktu dan penataan tempat yang lebih memadai.

Karya dan Kontribusi CGR bagi Sastra Indonesia

Nama Chairil Gibran Ramadhan telah dikenal di dunia Sastra Indonesia sejak 1997 melalui cerpen-cerpennya yang mengangkat tema Betawi, Batavia, dan Jakarta. Beberapa karya monumentalnya antara lain kumpulan cerpen "Sebelas Colen di Malam Lebaran: Setangkle Cerita Betawi" (2008) dan "Kembang Kelapa: Setangkle Catatan Budaya Betawi" (2016).

Ia juga menggagas penerbitan "Kembang Goyang: Orang Betawi Menulis Kampungnya – Sketsa, Puisi, Prosa" (2011) yang menghimpun karya-karya legendaris. Prestasi lainnya, CGR adalah orang Betawi pertama yang menjadi Redaktur Majalah Sastra Horison atas permintaan Taufiq Ismail pada 2018. Saat ini, ia juga tengah menulis skenario biopic "Ismail Marzuki" yang akan segera difilmkan.

Dedikasinya tidak berhenti pada tulisan. CGR aktif menggagas berbagai jejak budaya, termasuk mendirikan Museum Etnografi Orang Betawi dan menggelar talkshow sastra dan kebudayaan. Semua upaya ini menunjukkan komitmennya yang tak kenal lelah dalam melestarikan warisan budaya Betawi untuk generasi mendatang.


Halaman:

Komentar