Kreator Konten Ferry Irwandi Galang Rp 10,3 Miliar untuk Korban Banjir dalam 24 Jam

- Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kreator Konten Ferry Irwandi Galang Rp 10,3 Miliar untuk Korban Banjir dalam 24 Jam

Alasannya sederhana: ia merasa lebih leluasa berkarya sebagai kreator konten. Baginya, potensi di dunia digital jauh lebih besar ketimbang bertahan di zona nyaman sebagai PNS.

Perjalanannya di YouTube sudah dimulai sejak 2010. Konten-konten edukasinya tentang politik, filsafat, dan keuangan perlahan menarik perhatian. Namun, namanya benar-benar melejit sekitar tahun 2017 berkat seri kontennya yang membahas filsafat Stoikisme.

Ia berhasil menjabarkan filosofi kuno itu menjadi sesuatu yang praktis dan relevan untuk kehidupan sehari-hari. Menurut Ferry, Stoikisme mengajarkan kontrol diri, cara mengelola ekspektasi, dan mencari kebahagiaan dari dalam. Konten itu banyak disukai anak muda yang haus akan panduan hidup.

Di sisi lain, Ferry juga dikenal vokal sebagai aktivis. Ia tak segan menyoroti praktik-praktik tidak etis di dunia digital. Beberapa kali ia melaporkan influencer yang promosikan judi online. Ia juga kerap mengkritik fenomena fake giveaway dan klaim penghasilan palsu yang menyesatkan.

Dalam ranah politik, sikap kritisnya tak kalah tajam. Ia sering menyoroti ketidakkonsistenan pemerintah terhadap janji kampanye. Salah satu yang ia soroti adalah makin menguatnya peran militer dalam urusan sipil, seperti pangan dan informasi digital. Menurutnya, hal ini bisa mengganggu keseimbangan demokrasi yang sudah ada.

Selain aktivisme solo, Ferry juga terlibat dalam gerakan kolektif. Bersama beberapa kreator dan aktivis lain, ia menggagas Malaka Project.

Ini adalah platform edukasi digital yang bertujuan mengasah kemampuan berpikir kritis generasi muda. Fokusnya pada penguatan logika, empati, dan sikap ilmiah. Programnya beragam, mulai dari diskusi panel, podcast, sampai acara langsung yang melibatkan akademisi dan praktisi.

Kini, Malaka Project sedang mengembangkan sayapnya dengan membangun Institut Malaka. Konsepnya unik: sebuah “kampus rakyat” yang murah, terbuka, dan inklusif.

Ini bukan kampus biasa. Kurikulumnya mengintegrasikan banyak hal, dari teori kritis, seni, sampai pertanian dan studi gender. Pengajarnya pun berasal dari beragam latar seniman, aktivis, bahkan petani. Tujuannya cuma satu: menciptakan ruang pendidikan yang membumi dan relevan dengan masalah kekinian.

Jadi, itulah sekelumit profil Ferry Irwandi. Dari PNS yang banting setir jadi kreator konten, hingga aktivis yang mampu menggiring solidaritas publik untuk menggalang dana miliaran rupiah dalam hitungan jam. Sebuah perjalanan yang tak biasa.


Halaman:

Komentar