Alasan Mistis Tari Bedhaya Ketawang Tidak Ditampilkan di Jumenengan PB XIV

- Sabtu, 15 November 2025 | 17:00 WIB
Alasan Mistis Tari Bedhaya Ketawang Tidak Ditampilkan di Jumenengan PB XIV

Sebuah keyakinan kuat menyatakan bahwa setiap kali tarian ini dipentaskan, Kanjeng Ratu Kidul hadir secara gaib untuk menari bersama. Tarian ini biasanya ditarikan oleh sembilan penari wanita, dan dalam kepercayaan Jawa, sang Ratu hadir sebagai penari kesepuluh yang tidak terlihat, menyempurnakan pertunjukan tersebut.

Syarat dan Tata Cara Pementasan yang Sakral

Sebagai tarian yang sangat sakral, pementasan Bedhaya Ketawang dikelilingi oleh sejumlah aturan ketat. Syarat utama adalah semua penari harus berstatus gadis yang masih suci dan tidak sedang dalam masa menstruasi. Jika ada penari yang haid, mereka diwajibkan untuk memohon izin khusus kepada Kanjeng Ratu Kidul melalui ritual Caos Dhahar di Panggung Sanga Buwana, yang biasanya disertai dengan puasa selama beberapa hari sebelum pementasan.

Iringan musik untuk tarian ini adalah Gending Ketawang Gedhe dengan laras pelog, dimainkan oleh alat musik seperti kethuk, kenong, gong, kendhang, dan kemanak. Struktur tariannya terbagi menjadi tiga bagian, dengan iringan musik yang sempat beralih ke laras slendro sebanyak dua kali sebelum kembali ke pelog. Busana yang dikenakan para penari adalah dodot ageng atau busana basahan, yaitu pakaian pengantin adat Jawa, dengan sanggul berukuran besar yang dikenal sebagai gelung boor mengkurep.

Alasan Tidak Ditampilkannya Tarian dalam Jumenengan PB XIV

Pada upacara penobatan Pakubuwono XIV yang digelar pada tahun 2025, Tari Bedhaya Ketawang secara mencolok tidak ditampilkan. Penjelasan resmi dari keraton menyatakan bahwa hal ini dikarenakan Keraton Surakarta masih berada dalam masa berkabung atas wafatnya Pakubuwono XIII. GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani, putri sulung almarhum PB XIII, menegaskan bahwa tarian ini memerlukan ritual dan seremonial khusus yang tidak sesuai dilaksanakan dalam suasana duka. Keputusan ini semakin mengukuhkan status Bedhaya Ketawang bukan sekadar pertunjukan, tetapi sebuah ritual sakral yang menghormati tata nilai dan waktu.


Halaman:

Komentar