Larangan tetap berlaku untuk warga Muslim dan publik umum. Tapi bagi komunitas internasional di Riyadh, dinamika sosialnya jelas berubah. Uniknya, toko ini sama sekali tidak neko-neko. Tidak ada promosi, apalagi papan iklan besar. Hanya antrean panjang yang bicara.
Harganya? Mahal. Tapi rupanya itu bukan halangan. Bagi banyak orang yang antre, pengalaman membeli segelas wiski atau wine secara legal di sini adalah momen bersejarah. Mereka rela antre lama demi sesuatu yang di negara mereka mungkin biasa saja.
Di sisi lain, penting diingat: Arab Saudi tidak serta-merta melunak. Aturan utama soal larangan alkohol bagi Muslim dan warga umum tetap dipertahankan kuat. Negara ini sudah memegang prinsip itu sejak pertengahan abad ke-20.
Memang, dalam beberapa tahun terakhir, ada angin reformasi yang kencang. Di bawah Vision 2030 pimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, bioskop dibuka, perempuan boleh mengemudi, festival hiburan digelar. Tapi soal alkohol, pemerintah tetap berjalan dengan sangat hati-hati. Perubahannya selektif, bertahap, dan penuh perhitungan. Toko di Diplomatic Quarter itu adalah buktinya: sebuah percobaan yang sangat terkontrol di tengah gelombang modernisasi.
Artikel Terkait
Tahun Baru Masehi: Boleh atau Haram? Menelisik Perdebatan yang Tak Kunjung Usai
Rahasia Panjang Umur Okinawa: Makan Hanya 80 Persen Kenyang
Badai Kritik di Medsos Bikin Ayu Aulia Ungkap Depresi Usai Dilantik di Tim Kreatif Bela Negara
Syahrini Pamer Tas Hermès Rp 5,8 Miliar di Paris, Koleksi Langka Ratu Hermès Kembali Hebohkan Netizen