Visi jangka panjang pemerintah adalah mencapai B50, yang diharapkan dapat menghentikan impor solar sepenuhnya. Saat ini, berbagai tahap pengujian laboratorium untuk B50 sedang gencar dilakukan.
Strategi Penurunan Impor Bensin dengan Etanol
Di sisi lain, Kementerian ESDM juga memiliki strategi untuk menekan impor bensin. Caranya adalah dengan menerapkan program mandatori pencampuran etanol ke dalam bensin.
Data menunjukkan bahwa impor bensin saat ini masih sangat tinggi, yaitu sekitar 22,8 juta kiloliter, sementara produksi domestik hanya 13,84 juta kiloliter. Penerapan etanol 5 persen atau E5 diharapkan dapat mensubstitusi sebagian impor tersebut.
Kebijakan pencampuran etanol sebenarnya bukan hal baru. Mandatori E1 telah diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008. Namun, implementasinya terkendala beberapa tantangan, seperti turunnya harga minyak dunia, tingginya harga molases, kapasitas produksi bioetanol domestik yang terbatas, dan belum tersedianya insentif fiskal.
Perkembangan Terkini dan Rencana Ke Depan
Meski pernah terhambat, upaya implementasi etanol kembali digalakkan. Pada tahun 2023, Pertamina meluncurkan produk Percobaan Pasar berupa Pertamax Green 95 yang mengandung 5 persen etanol. Produk ini kini telah dipasarkan di 146 SPBU yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Timur, Bandung, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Kerangka hukum untuk program mandatori etanol ke depan telah diatur melalui Permen ESDM No. 4 Tahun 2025. Detail teknis mengenai besaran pencampuran akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Menteri ESDM. Pemerintah memproyeksikan bahwa mandatori E10 dapat diimplementasikan pada tahun 2028 atau bahkan lebih cepat.
Artikel Terkait
Prabowo Sambut Rosan, Bahas Kampung Haji Indonesia di Dekat Masjidil Haram
Emas Antam Tembus Rp 2,6 Juta per Gram, Kenaikan Hampir 71% Sepanjang 2025
POSCO Amankan Pasokan CPO dengan Akuisisi Sampoerna Agro
Coretax Siap Jadi Pintu Tunggal Pajak, Aktivasi Akun Masih Jadi PR Besar