Joko mengilustarikan, bahwa saat ini BI Rate hanya naik 250 bps dari 3,50 persen menjadi 6,00 persen.
Sementara suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Fund Rate) naik 525 bps dari 0 persen - 0,25 persen menjadi 5,25 persen -5,50 persen.
"Baru kali ini perbedaan (gap) antara BI Rate dan FFR sedemikian dekat, yang didorong oleh keberhasilan dalam pengendalian inflasi domestik," ungkapnya.
Kondisi likuiditas masih yang relatif longgar inilah, lanjut Joko, bakal memberi ruang bagi perbankan untuk mendorong pertumbuhan kredit ke depan.
Permintaan kredit diprediksi meningkat. Meski terdapat perilaku wait and see dari pelaku usaha terkait penyelenggaraan Pemilu 2024.
"Investasi yang telah terjadwal akan tetap berlanjut dan terjadi peningkatan konsumsi di beberapa daerah. Seperti Solo Raya yang menjadi destinasi wisata," kata Joko.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: radarsolo.jawapos.com
Artikel Terkait
Menteri Keuangan Purbaya Bongkar Strategi Tak Biasa: Gunakan Hacker Indonesia untuk Perkuat Sistem Pajak, Target Selesai 2026
Wall Street Cetak Rekor Baru! Apa Rahasia di Balik Kenaikan Gila-Gilaan Ini?
Pertamina Pacu Produksi Migas & EBT: Target 1 Juta Barel/Hari di 2030!
BNI wondr Jakarta Running Festival 2025: 27.300 Pelari Berlari untuk Masa Depan Lebih Hijau