SRAJ Rp16.500 ( 599,15%)
MMIX Rp224 ( 279,66%)
CARE Rp680 ( 257,89%)
PYFA Rp476 ( 114,41%)
SOHO Rp1.370 ( 112,40%)
PEVE Rp550 ( 88,36%)
SURI Rp91 ( 68,52%)
HALO Rp89 ( 67,92%)
PRIM Rp83 ( 43,10%)
RSCH Rp410 ( 42,36%)
Masih ada lagi saham-saham lain di sektor kesehatan yang juga mencatatkan kenaikan, meski lebih moderat. Di antaranya MEDS, MDLA, PRAY, hingga SAME.
Tapi tentu, tidak semua ceritanya bagus. Dari 38 saham kesehatan yang tercatat, 15 di antaranya justru tertekan dan tiga lagi disuspensi yaitu INAF, RSGK, dan SCPI. Penurunan paling dalam dialami oleh PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH), emiten yang baru IPO pada Mei lalu. Harganya anjlok 54,49 persen dari harga perdana, ditutup di Rp81. Disusul BMHS yang melemah 24 persen.
Inilah daftar saham kesehatan yang mengalami penurunan sepanjang tahun:
DKHH Rp81 (-54,49%)
BMHS Rp190 (-24,00%)
KAEF Rp515 (-18,90%)
PRDA Rp2.300 (-13,86%)
OBAT Rp388 (-11,01%)
HEAL Rp1.375 (-11,58%)
KLBF Rp1.205 (-10,07%)
SILO Rp2.740 (-9,87%)
PEHA Rp300 (-8,54%)
SIDO Rp540 (-7,69%)
MIKA Rp2.380 (-7,03%)
CHEK Rp163 (-5,23%)
IKPM Rp224 (-6,67%)
DGNS Rp184 (-6,60%)
MERK Rp3.350 (-6,42%)
Tahun ini juga ada empat perusahaan kesehatan yang baru melantai di bursa. PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) yang IPO di Januari, harganya turun 48 persen. Sementara PT Medela Potentia Tbk (MDLA) justru sukses, naik 77 persen sejak pencatatan perdana April lalu. Sayangnya, DKHH dan CHEK yang IPO di tahun ini masih terjebak di zona merah.
Begitulah potret pasar sepanjang 2025. Ada yang meroket, ada yang terpuruk. Tapi yang jelas, sektor kesehatan tetap menyimpan daya tarik dan kejutan tersendiri bagi para investor.
Artikel Terkait
Imbal Hasil JGB 10 Tahun Tembus Level Tertinggi Sejak 1999, Tutup Tahun Penuh Gejolak
Listrik Aceh Mulai Pulih, Tapi Ribuan Rumah Masih Tertimbun Lumpur
IKI Desember Melambat, Tapi Optimisme Pelaku Industri Masih Terjaga
Standar Baru Garam Rakyat Dikebut, Targetnya Bisa Masuk Pasar Industri